sumber: google |
Bismillahirrahmaanirrohiim
Dihamparkan atau tidak dihamparkannya ilmu-ilmu Allah, bagi
hamba Allah yang tidak berfikir, tidak akan ada baginya hidayah tetap sama
saja. Namun beda halnya bagi seorang hamba Allah yang selalu berprasangka baik
terhadap qodho dan qodarnya Allah, ia tak akan pernah berhenti mencari,
mengejar, menjemput maupun ,mengambil hidayah tersebut>>
أَفَمَنْ
يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمْ مَنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22)
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23) قُلْ هُوَ الَّذِي
ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24(
“Maka apakah
orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan
petunjuk(hidayah) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Katakanlah: "Dia-lah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi,
dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan".” (QS. Al Mulk/67 : 22-24)
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ
اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا
وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63)
“Sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (62) (Yaitu) orang-orang yang
beriman dan mereka selalu bertakwa(63)." ( QS. Yunus/ 10: 62-63)
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah,
sesungguhnya aku
meminta kepada-Mu hidayah,
ketaqwaan, penjagaan diri, dan hati yang merasa cukup”(HR. Muslim, no. 2721)Bahkan nikmat hidayah Islam merupakan nikmat terbesar yang diterima seorang manusia dari Allah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan:
فَالْمُهْتَدِيْ هُوَ الْعَامِلُ بِالْحَقِ
الْمَرِيْدِ لَهُ وَهِيَ اَعْظَمُ نِعْمَةَ للهُ عَلَى الْعَبْدِ
“Orang yang
mendapatkan hidayah adalah orang yang beramal dengan kebenaran, dia
menginginkan hidayah tersebut ada pada dirinya, dan ini merupakan
anugerah Allah yang paling besar kepada seorang hamba.”(
Miftah Dar As
Sa’adah, Asy Syamilah)
Bagi
Allah adalah hal yang teramat mudah, pabila Allah menghendaki seluruh penghuni
bumi ini adalah hambanya semua (beriman) dan Allahpun mudah menghendaki-Nya
apabila seluruh penduduk bumi ini dijadikan ingkar seluruhnya.
Namun
tidak demikian Allah hendak jadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian hambanya
dan Allah hendak menguji diantara manusia
·
Mana yang
mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta.
وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ
بِالْعِبَادِ )207(
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya. (QS.
Al-Baqoroh/2:207)
Sabda Rasulullah saw.,
"Sesungguhnya Allah Ta‘ala berfirman, ‘Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku(mencintai di jalan-Ku). Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling menolong karena-Ku(menyambung hubungan di jalan-Ku)." (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim yang men-shahih-kannya).
"Sesungguhnya Allah Ta‘ala berfirman, ‘Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku(mencintai di jalan-Ku). Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling menolong karena-Ku(menyambung hubungan di jalan-Ku)." (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim yang men-shahih-kannya).
"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari
cahaya, dan di atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang di mana pakaian
mereka adalah cahaya, dan wajah mereka adalah cahaya. Mereka bukan nabi, dan
bukan pula syuhada'. Para nabi, dan syuhada' iri kepada mereka."
Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat
mereka kepada kita." Rasulullah saw. bersabda, "Mereka saling
mencintai karena Allah, saling duduk karena Allah, dan saling mengunjungi
karena Allah." (Diriwayatkan An-Nasai. Hadits ini shahih).
Mana yang
benar-benar beriman kepada-Nya dan siapa yang benar-benar mengingkari-Nya>>
إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada)
Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang
sebagian dan kami ingkar terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud
(dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman
atau ingkar), merekalah orang-orang yang ingkar sebenar-benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang ingkar itu siksaan yang menghinakan.” (An-Nisa`/4: 150-151)
·
Mana yang membela Din Allah dengan
yang hendak merusak Din Allah>>
Agama Allah tidak bisa tegak begitu saja tanpa adanya usaha,
karena itu Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk menolong agamanya;
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ
مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ
نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah
sebagaimana `Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang
setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama)
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong
agama Allah”. (As-Shaff/61:)
Maka bersambutlah para penghulu kita terhadap seruanNya, mulai
dari zaman Nabi Muhammad Saw sampai sekarang;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ
بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ
مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ
بِأَمْرِهِ
“Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah utus di tengah-tengah
umatnya sebelumku kecuali terdapat di kalangan ummatnya kaum hawariyun (para
pengikut yang setia ) dan para sahabat yang mengikuti sunnahnya dan mentaati
perintahnya.” (Muslim)
Rasul Saw juga bersabda;
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ
يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ عَلَى مِنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلُ
آخِرِهِمُ الْمَسِيْحِ الدَّجَالَ
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku
yang berperang membela kebenaran senantiasa menang dalam menghadapi orang-orang
yang memusuhi mereka, hingga golongan akhir dari mereka memerangi Dajjal.” (HR.
Ahmad)
·
Mana yang menjadi penolong Allah
dengan yang hendak menjadi penolong thogut>>
Dengan demikian Allah hendak menguji hambanya, sesiapa-siapa yang
benar-benar untuk berjuang di jalanNya (yang menjadikan Allah sebagai
Wali/Pemimpinnya) dan sesiapa-siapa yang menjadikan Allah sebagai tandingannya
untuk memperoleh ridho selain Allah.
Para mujahid berjuang untuk Allah dan para pengkhianat Illahi
(orang ingkar) berjuang untuk thogut sebagai pemimpinnya (Qs. 2;257), sehingga
akan terang-benderang diantara dua pilihan dimana posisi keberadaan hamba Allah
yang mu’min dengan hamba thoghut yang ingkar
Di alam nyata dunia da’wah ini, Allah swt bentangkan dua pilihan
bagi umat manusia untuk memilih diantara pilihan; iman/kafir, haq/bathil,
ni’mat/azab atau surga/neraka (QS. 90:10)
Manusia tak ada pilihan alernatif lain apabila Allah swt, sebagai
sang penguasa telah menentukan:
- Orang mu’min >> Akan jadikan Allah sebagai Illah, sehingga ia rela Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung (Al-Ikhlas:2)
- Orang kafir akan jadikan setan (thoghut) sebagai tuhan, sehingga iapun telah di bawah kuasa thogut.
- Orang-orang mu’min berjuang di sabilillah, maka orang-orang kafir berjuang di sabili at-thoghut
- Orang-orang mu’min Allah jadikan wali, maka orang-orang kafir thoghut dijadikan wali baginya.
- Orang-orang mu’min mengeluarkan manusia yang tersesat kepada keselamatan (cahaya) dari dzulumat ilan nuur, sdang orang-orang kafir mengeluarkan manusia dari jalan yang benar menuju kesesatan (kegelapan) dari nuur iladz dzulumaat.
Sahabat, lantas jalan atau barisan mana yang hendak engkau
pilih???
Orang mu’min>> *
Al-Qur’an dijadikan hukum baginya (rububiyyah)
*
Tempat tinggal untuk menjalankan syar’iat Islam sebagai naungannya
(mulkiyyah)
*
Masyarakatnya ta’at terhadap aturan Allah (ber-Alqur’an) penuh dengan
keberkahan (uluhiyyah)
Mu’min dan kafir jelaslah dua jalan yang sangat berbeda, seperti
bedanya surge dan neraka, bedanya jalan lurus dan jalan sesat (bengkok)
Jalan lurus>> Jalan hamba yang mau hidup di masyarakat Islam
berhukumkan Islam, dan menjadi hamba mu’min (QS. 14:24-25)
Jalan Sesat>> Jalan hamba yang memilih untuk hidup di masyarakat
kafir berhukumkan hawa nafsu (hukum selain yang Allah turunkan) dan bersedia
menjadi hamba thoghut, mereka laksana kalimat yang buruk (Qs. 14:26)
Tinggal memilih bukan?, begitupun pilihan maukah kita bersedia
membela Allah dengan menegakan kalimat tauhid (QS. Asy-Syura:13,
Al-Maidah/5:68) atau memilih menjadi penegak dan pembela thoghut?
Inilah yang disebut sebuah pilihan hidup, dan dua-duanya memiliki
konsekuensi>>
Yang membela dan menegakan kaliamt Allah,surge balasannya dan yang
membela thoghut neraka balasannya (QS. Al-Baqoroh/2:257)
Untuk membela Allah dalam kalimat tauhid LAA ILAAHA ILALLAH
MUHAMMDARROSULALLAH, maka berbarislah dengan rapih dalam barisannya secara
kaffah (QS. Al-Baqoroh/2:208, Ash-Shaff/61:4 dan Al-Imron/3: 103)
Dengan menejemen Illahi jangan srodat-srodot dan ilmu ini engkau
jadikan sekedar pengetahuan apalagi
sebatas wawasan tanpa action dan dan amal sholeh maka tak akan ada makna dan
tertolak.
Kalimat tauhid, kalimat yang semata-mata hanay untuk menerima akan
ke Maha Tunggalan Allah dan meng-enyahkan tuhan selain Allah.
Untuk mendekati pemahaman Kalimat Tauhid sesuai dengan kehendak
Allah (Al-Qur’an), maka pengertian kaliamt tauhid akan dijabarkan menjadi empat
bagian tingkatan:
1. Kalimatun
sawaa
2. Kalimatun
thayyibah
3. Kalimatun
Taqwa
4. Kalimatun
Baaqiyah
Keempat tingkatan ini akan kita bahas secara mendetail, apabila
engkau sudah memahami esensi beberpa tulisan ke belakang yang dibuktikan wujud
nyata tertasbihnya kalimat syahadat, Dibawah Naungan Cinta Syahdat.
Sebagai penguat insyaf diri akan saya jelaskan secara singkat poin
keempat tingkatan kalimatun baaqiyah, agar engkau semakin yakin akan
perbendaharaan ilmu yang telah Allah bentangkan bagi hambanya yang muttaqin,
yang meyakini akan riil, perlunya kewajiban menegakan Al-Islam ini (dengan ilmu
dan menejemen Illahiyyah)
KALIMATUN BAAQIYAH (Kalimat yang Kekal) (QS. Az-Zukhruf:28)
Kalimat pengakuan dan keberserahan diri setiap hamba terhadap
eksistensi Allah ‘azza wajalla yang menjadi sumber segala sumber. Ini difahami
seorang muslim denagn kualifikasi keimanan yang terpuncak, yang pada dirinya
tiada lagi keraguan sedikitpun terhadap kehambaan diri yang berakhlak terhadap
Allah dengan segala bentuk ‘amal ibadah yang dicontohkan oleh rosulnay.
Dalam memahami kalimatun baaqiyah sebagai perwujudan puncak
kalimat tauhid adalah berorientasi mewujudkan pribadi muttaqin yang
berkelas mujahid >> yaitu ditandai dengan kadar keta’atan
yang lebih dibandingkan dengan tingkatan kalimatun taqwa yang menghasilkan
pribadi-pribadi muttaqin.
Kontek mujahid adalah hamba yang bersungguh-sungguh berjuang di
jalan Allah (berjihad) dalam menegakan ‘amar ma’ruf nahi mungkar dalam
cakupannya yang luas ini dapat kita lihat dalam tahapan-tahapan berikut ini.
1. Mujahid
yang (ber) jihad
2. Mujahid
yang Mujtahid
3. Mujahid
yang mujaddid
4. Mujahid
yang Muwahhid
Tahapan mujahid ini akan say jelaskan nanti setelah engkau
memahami dan mengamalkan hal ini setelah bersyahadah Dibawah Naungan Cinta
Syahadah ilallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar