Rabu, 04 April 2012

Fakta qur’an sebatas kebutuhan bisnis bukan “bisnis kepada Allah”


sumber: google

 
Bismillahirrahmaanirrohiim
Dihamparkan atau tidak dihamparkannya ilmu-ilmu Allah, bagi hamba Allah yang tidak berfikir, tidak akan ada baginya hidayah tetap sama saja. Namun beda halnya bagi seorang hamba Allah yang selalu berprasangka baik terhadap qodho dan qodarnya Allah, ia tak akan pernah berhenti mencari, mengejar, menjemput maupun ,mengambil hidayah tersebut>>
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمْ مَنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22) قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23) قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24(
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk(hidayah) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. Katakanlah: "Dia-lah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan".                 (QS. Al Mulk/67 : 22-24)
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63)

Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (62) (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa(63)." ( QS. Yunus/ 10: 62-63)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun adalah orang yang senantiasa berdoa kepada Allah ta’ala memohong hidayah. Dari shahabat Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca doa :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, penjagaan diri, dan hati yang merasa cukup”(HR. Muslim, no. 2721)
Bahkan nikmat hidayah Islam merupakan nikmat terbesar yang diterima seorang manusia dari Allah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan:
فَالْمُهْتَدِيْ هُوَ الْعَامِلُ بِالْحَقِ الْمَرِيْدِ لَهُ وَهِيَ اَعْظَمُ نِعْمَةَ للهُ عَلَى الْعَبْدِ
Orang yang mendapatkan hidayah adalah orang yang beramal dengan kebenaran, dia menginginkan hidayah tersebut ada pada dirinya, dan ini merupakan anugerah Allah yang paling besar kepada seorang hamba.”( Miftah Dar As Sa’adah, Asy Syamilah)

Bagi Allah adalah hal yang teramat mudah, pabila Allah menghendaki seluruh penghuni bumi ini adalah hambanya semua (beriman) dan Allahpun mudah menghendaki-Nya apabila seluruh penduduk bumi ini dijadikan ingkar seluruhnya.

Namun tidak demikian Allah hendak jadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian hambanya dan Allah hendak menguji diantara manusia
 ·          
      Mana yang mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ )207(
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya. (QS. Al-Baqoroh/2:207)
Sabda Rasulullah saw.,
"Sesungguhnya Allah Ta‘ala berfirman, ‘Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku(mencintai di jalan-Ku). Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling menolong karena-Ku(menyambung hubungan di jalan-Ku)." (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim yang men-shahih-kannya).
"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, dan di atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang di mana pakaian mereka adalah cahaya, dan wajah mereka adalah cahaya. Mereka bukan nabi, dan bukan pula syuhada'. Para nabi, dan syuhada' iri kepada mereka." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kita."  Rasulullah saw. bersabda, "Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah." (Diriwayatkan An-Nasai. Hadits ini shahih).
 Mana yang benar-benar beriman kepada-Nya dan siapa yang benar-benar mengingkari-Nya>>
إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ                      وَيُرِيْدُوْنَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang sebagian dan kami ingkar terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau ingkar), merekalah orang-orang yang ingkar sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang ingkar itu siksaan yang menghinakan.”                         (An-Nisa`/4: 150-151)
·         Mana yang membela Din Allah dengan yang hendak merusak Din Allah>>

Agama Allah tidak bisa tegak begitu saja tanpa adanya usaha, karena itu Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk menolong agamanya;
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana `Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”. (As-Shaff/61:)
Maka bersambutlah para penghulu kita terhadap seruanNya, mulai dari zaman Nabi Muhammad Saw sampai sekarang;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ
“Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah utus di tengah-tengah umatnya sebelumku kecuali terdapat di kalangan ummatnya kaum hawariyun (para pengikut yang setia ) dan para sahabat yang mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya.” (Muslim)

Rasul Saw juga bersabda;
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ عَلَى مِنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلُ آخِرِهِمُ الْمَسِيْحِ الدَّجَالَ
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang membela kebenaran senantiasa menang dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi mereka, hingga golongan akhir dari mereka memerangi Dajjal.” (HR. Ahmad)
·        
            Mana yang menjadi penolong Allah dengan yang hendak menjadi penolong thogut>>
Dengan demikian Allah hendak menguji hambanya, sesiapa-siapa yang benar-benar untuk berjuang di jalanNya (yang menjadikan Allah sebagai Wali/Pemimpinnya) dan sesiapa-siapa yang menjadikan Allah sebagai tandingannya untuk memperoleh ridho selain Allah.

Para mujahid berjuang untuk Allah dan para pengkhianat Illahi (orang ingkar) berjuang untuk thogut sebagai pemimpinnya (Qs. 2;257), sehingga akan terang-benderang diantara dua pilihan dimana posisi keberadaan hamba Allah yang mu’min dengan hamba thoghut yang ingkar

Di alam nyata dunia da’wah ini, Allah swt bentangkan dua pilihan bagi umat manusia untuk memilih diantara pilihan; iman/kafir, haq/bathil, ni’mat/azab atau surga/neraka (QS. 90:10)
Manusia tak ada pilihan alernatif lain apabila Allah swt, sebagai sang penguasa telah menentukan:
  •  Orang mu’min >> Akan jadikan Allah sebagai Illah, sehingga ia rela Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung (Al-Ikhlas:2)
  • Orang kafir akan jadikan setan (thoghut) sebagai tuhan, sehingga iapun telah di bawah kuasa thogut.
  • Orang-orang mu’min berjuang di sabilillah, maka orang-orang kafir berjuang di sabili at-thoghut
  • Orang-orang mu’min Allah jadikan wali, maka orang-orang kafir thoghut dijadikan wali baginya.
  • Orang-orang mu’min mengeluarkan manusia yang tersesat kepada keselamatan (cahaya) dari dzulumat ilan nuur, sdang orang-orang kafir mengeluarkan manusia dari jalan yang benar menuju kesesatan (kegelapan) dari nuur iladz dzulumaat.
Sahabat, lantas jalan atau barisan mana yang hendak engkau pilih???
Orang mu’min>> *  Al-Qur’an dijadikan hukum baginya (rububiyyah)
                             *  Tempat tinggal untuk menjalankan syar’iat Islam sebagai naungannya
                                 (mulkiyyah)
                             *  Masyarakatnya ta’at terhadap aturan Allah (ber-Alqur’an) penuh dengan
                                 keberkahan (uluhiyyah)

Mu’min dan kafir jelaslah dua jalan yang sangat berbeda, seperti bedanya surge dan neraka, bedanya jalan lurus dan jalan sesat (bengkok)

Jalan lurus>> Jalan hamba yang mau hidup di masyarakat Islam berhukumkan Islam, dan menjadi hamba mu’min (QS. 14:24-25)

Jalan Sesat>> Jalan hamba yang memilih untuk hidup di masyarakat kafir berhukumkan hawa nafsu (hukum selain yang Allah turunkan) dan bersedia menjadi hamba thoghut, mereka laksana kalimat yang buruk (Qs. 14:26)

Tinggal memilih bukan?, begitupun pilihan maukah kita bersedia membela Allah dengan menegakan kalimat tauhid (QS. Asy-Syura:13, Al-Maidah/5:68) atau memilih menjadi penegak dan pembela thoghut?

Inilah yang disebut sebuah pilihan hidup, dan dua-duanya memiliki konsekuensi>> 
Yang membela dan menegakan kaliamt Allah,surge balasannya dan yang membela thoghut neraka balasannya (QS. Al-Baqoroh/2:257)

Untuk membela Allah dalam kalimat tauhid LAA ILAAHA ILALLAH MUHAMMDARROSULALLAH, maka berbarislah dengan rapih dalam barisannya secara kaffah (QS. Al-Baqoroh/2:208, Ash-Shaff/61:4 dan Al-Imron/3: 103)

Dengan menejemen Illahi jangan srodat-srodot dan ilmu ini engkau jadikan  sekedar pengetahuan apalagi sebatas wawasan tanpa action dan dan amal sholeh maka tak akan ada makna dan tertolak.

Kalimat tauhid, kalimat yang semata-mata hanay untuk menerima akan ke Maha Tunggalan Allah dan meng-enyahkan tuhan selain Allah.

Untuk mendekati pemahaman Kalimat Tauhid sesuai dengan kehendak Allah (Al-Qur’an), maka pengertian kaliamt tauhid akan dijabarkan menjadi empat bagian tingkatan:
1.      Kalimatun sawaa
2.      Kalimatun thayyibah
3.      Kalimatun Taqwa
4.      Kalimatun Baaqiyah
Keempat tingkatan ini akan kita bahas secara mendetail, apabila engkau sudah memahami esensi beberpa tulisan ke belakang yang dibuktikan wujud nyata tertasbihnya kalimat syahadat, Dibawah Naungan Cinta Syahdat.

Sebagai penguat insyaf diri akan saya jelaskan secara singkat poin keempat tingkatan kalimatun baaqiyah, agar engkau semakin yakin akan perbendaharaan ilmu yang telah Allah bentangkan bagi hambanya yang muttaqin, yang meyakini akan riil, perlunya kewajiban menegakan Al-Islam ini (dengan ilmu dan menejemen Illahiyyah)

KALIMATUN BAAQIYAH (Kalimat yang Kekal) (QS. Az-Zukhruf:28)
Kalimat pengakuan dan keberserahan diri setiap hamba terhadap eksistensi Allah ‘azza wajalla yang menjadi sumber segala sumber. Ini difahami seorang muslim denagn kualifikasi keimanan yang terpuncak, yang pada dirinya tiada lagi keraguan sedikitpun terhadap kehambaan diri yang berakhlak terhadap Allah dengan segala bentuk ‘amal ibadah yang dicontohkan oleh rosulnay.

Dalam memahami kalimatun baaqiyah sebagai perwujudan puncak kalimat tauhid adalah berorientasi mewujudkan pribadi muttaqin yang berkelas mujahid >> yaitu ditandai dengan kadar keta’atan yang lebih dibandingkan dengan tingkatan kalimatun taqwa yang menghasilkan pribadi-pribadi muttaqin.

Kontek mujahid adalah hamba yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah (berjihad) dalam menegakan ‘amar ma’ruf nahi mungkar dalam cakupannya yang luas ini dapat kita lihat dalam tahapan-tahapan berikut ini.
1.      Mujahid yang (ber) jihad
2.      Mujahid yang Mujtahid
3.      Mujahid yang mujaddid
4.      Mujahid yang Muwahhid
Tahapan mujahid ini akan say jelaskan nanti setelah engkau memahami dan mengamalkan hal ini setelah bersyahadah Dibawah Naungan Cinta Syahadah ilallah

Tidak ada komentar: