sumber: google |
Diin secara lughoh adalah:
1. Ketaatan dan Ketundukan kepada
hukum yang mutlak (Qs. 16:52, 40:65, 3:83)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
2. Dienul Malik (Aturan/ UUD Kerajaan ) (Qs. 12:76)
3. Tanggungjawab/ Pembalasan (Qs. 1:4)
Sedangkan Diin menurut syara’
adalah:
لدِّينُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللَّه
ُبِتَوْصِيَةِ رُسُْلِهِ وَ هُوَ فِطْرَتِهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لِسَلامَتِهِمْ فِى الدُنْيَا وَالاخِرَةِ بِرِضَاهِ
“Ad Dien adalah apa-apa yang
disyari’atkan Allah SWT dengan taushiyah para rasul-Nya dan Dia adalah Fitrohnya
yang telah menciptakan manusia dengannya untuk keselamatan mereka di dunia dan
di akhirat dengan ridhonya”. Pahami Qs. 42:13, 30:30, 26:21, 49:16, 3:19
B. UNSUR-UNSUR “AD DIIN”
Unsur-unsur Ad Dien ada 3:
1. Hukum, sebagai wujud kongkrit
dari eksistensinya “Rububiyyah Alloh” di alam semesta ini
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
2. Daar (Negeri), sbgai wujud kongkrit dari eksistensinya “Mulkiyyah Alloh” di kerajaan bumi ini
3. Jama’ah/ Ummat, sebagai wujud kongkrit dari eksistensinya “Uluhiyyah Alloh” dengan hanya memurnikan pengabdian kepada Alloh semata.
C. KLASIFIKASI “AD DIIN”
Klasifikasi Diin terbagi menjadi 2
yakni:
1) Dinul Haq
هُوَ
مَا شَرَعَهُ اللَّهُ بِقُرْآنِهِ لِسَلامَةِ الانْسَانِ عَلَى الْفِطْرَةِ وَ
اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan Allah
dengan Qurannya untuk keselamatan manusia atas fitrohnya, dan Islam adalah Diin
Tauhid”.
2) Dinul Bathil
هُوَ
مَا شَرَعَهُ الْمُشْرِكُوْنَ بِاَمَانِيِّهِمْ لِشَقَاوَةِ اْلانْسَانِ عَنِ
الْفِطْرَةِ وَ غَيْرُ اْلاسْلامُ دِيْنُ التَّوْحِيْدِ
“Sesuatu yang di syari’atkan orang
musyrik dengan angan-angannya untuk merusak manusia dari fitrohnya, dan Diin
bukan Islam adalah Dien Syirik.
Alloh SWT. telah mensyari’atkan
sejak Nabi Nuh, Nabi Ibrohim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW hingga
sampai saat ini yakni Penegakkan Dinul Islam dan Jangan Berpecah Belah.
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu
tentang diin apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa Yaitu: Tegakkanlah Diin dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. 42:13)
Inilah wasilah (sarana/ cara) untuk
bertakwa kepada Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. 5:35)
D. SIKAP KITA TERHADAP DINUL HAQ
(ISLAM)
1. Mengizharkannya diatas yang lain
(9:33, 48:28, 61:10)
“Dialah yang telah mengutus RasulNya
(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya
atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai”. (QS. 9:33)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya
dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua
agama.dan cukuplah Allah sebagai saksi”. (QS. 48:28)
2. Menegakkannya (QS. 42:13)
E. KAIFIYAT IQOMATUD DIIN DAN
IZHARUD DIIN
Setelah memahami ma’rifatulloh maka
akhirnya kita telah mengetahui syari’at Alloh.Unsur-unsur syari’at tersebut
adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
1) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi
Rububiyyah Alloh di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH
yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ
لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Robbmu.dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia .Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Tabligh ini bisa berupa kabar
gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui
proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim
(pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirot) untuk menuju petunjuk
(Shirotol mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Alloh (amru) untuk
dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat).
Jangan sampai kita menuju Shirotol jahim yang rusak (munkar), dilarang Alloh
(Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku).
Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang
MUBALLIGH.
2) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi
Mulkiyyah Alloh di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD
sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ
لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki
(nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan
(dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses
pemahaman Diin (tafaqqoh) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa
mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan.Inilah
sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhotillah yang ma’ruf, perintah Alloh
(amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/
teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thoghut yang rusak (munkar),
dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara
meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUJAHID.
3) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi
Uluhiyyah Alloh sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah
TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Ummat
dan Jama’ah.Tauhid yang dimiliki ummat yakni dengan memurnikan (ikhlash)
pengabdiannya hanya kepada Alloh melalui pemahan keilmuan.Adapun tauhid yang
dimiliki jama’ah (institusi) dengan adanya kepemimpinan (Imamah) sehingga hukum
Alloh (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan melalui
ketetapan-ketetapan Imam.Inilah sarana menuju “jannah” (Thoriqul Jannah) yang
ma’ruf, perintah Alloh (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan
(fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thoriqul
Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Alloh (Nahyu) dan harus menjauhinya
(Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa
disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
Wallohu a’lam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar