sumber: google |
Bagi
kaula muda yang baru menikmati indahnya terjangkiti virus merah jambu, apalagi
yang sudah mendapatkan cinta monyetnya, ataupun yang sudah berumur dewasa yang
sudah mendapatkan cinta gorilla.
Pastinya
ketika mereka telah mempunyai pasangan akan muncul berbagai perasaan selain
cinta, salah satunya perasaan saling memiliki, itu memang harus dimiliki oleh
setiap pasangan, tetapi kalau terlampau berlebihan bisa memunculkan sikap
Over Possessive. Nah yang akan menjadi pembahasan kita dalam tulisan
ini, perlukah sikap over possessive itu diterapkan pada pasangan kita, entah
itu bagi laki-laki ataupun perempuan? Mari kita bahas bersama apa Ciri-ciri,
penyebab, akibat, dan solusi menanganinya.
CIRI-CIRI
ORANG POSSESSIVE
Terdapat
tiga ciri utama bagi orang-orang yang terjangkiti sikap over possessive:
Mengekang, Otoriter, Sok Kuasa. Berikut contoh-contohnya dengan nama fiktif.
Mengekang, orang yang over possessive cenderung untuk mengekang
pasangannya dalam beraktifitas, khususnya aktifitas-aktifitas yang bersentuhan
dengan lawan jenis walaupun dia teman dekatnya atau saudaranya.
Contoh: Si Bunga punya kekasih namanya si Budi, Sebelum berpacaran
dengan si Budi, Bunga sudah terbiasa untuk kumpul bareng temen dekatnya waktu
SMP setiap bulan yang terdiri dari 2 cowok dan 2 cewek. Karena merasa telah
mempunyai kekasih, akhirnya si Bunga meminta izin terlebih dahulu pada si Budi
untuk pergi, karena si Budi termasuk orang yang over possessive, si Budi
melarang si Bunga untuk hadir bahkan untuk kegiatan-kegiatan lain Bunga.
Otoriter, orang yang over possessive cenderung untuk memaksakan
kehendaknya atau perintahnya terhadap kekasihnya tanpa sedikitpun toleransi
atau mau mengerti tentang keadaan sang kekasih.
Contoh: Si Bunga merasa ingin refreshing untuk sekedar
menyegarkan otak karena kemarin lusa baru saja menyelesaikan Ujian Negara di
Sekolahnya, dia berencana refreshing dengan pergi ke warnet untuk
membaca beberapa artikel dan bercengkrama dengan teman-teman di jejaring social
facebook. Karena teringat dengan Si Budi kekasihnya, dia minta izin terlebih
dahulu, tetapi karena si Budi termasuk orang yang over possessive, si Budi pun
kembali melarang si Bunga karena takut bergaul dengan temen prianya, tanpa mau
mengerti alasan si Bunga yang ingin refreshing setelah bergelut dengan
ujian kemarin.
Sok
Kuasa, orang yang over possessive
cenderung untuk mengatur kehidupan kekasihnya, dari mulai hubungan dengan
teman, siapa yang boleh dan tidak boleh menghubungi, siapa yang boleh dan tidak
boleh diajak mengobrol, sampai urusan kecil seperti pakaian atau makanan.
Contoh: Si Budi merasa resah ketika melihat banyak teman laki-laki
Bunga yang begitu akrab menulis komentar dan status di wallnya Bunga, juga
ketika tau bahwa bunga banyak dihubungi teman laki-lakinya melalui telepon
ataupun sms, padahal bunga hanya berniat untuk menyambung tali silaturahmi
dengan teman-temannya baik itu laki-laki atau perempuan tanpa berniat untuk
mendua. Tetapi Budi tetap menyuruh Bunga untuk mengganti foto profile
dengan wajah lain juga menghapus daftar teman laki-lakinya di facebook,
kemudian mengganti nomor handphonenya dan melarang Bunga untuk memberitahukan
nomor barunya pada siapapun, nomor itu khusus hanya Budi yang tahu.
PENYEBAB OVER POSSESSIVE
Tidak
bisa dipungkiri bahwa yang namanya sikap Over Possessive disebabkan oleh sikap
cemburu yang berlebihan dan rasa takutnya untuk ditinggalkan kekasih. karena
sikap cemburu itulah si bunga dilarang untuk berhubungan dengan lawan jenis
walaupun itu teman dekatnya ataupun saudaranya.
AKIBAT OVER POSSESSIVE
Cinta
itu menimbulkan kenyamanan dalam hati, rasa bahagia, rasa ingin dilindungi dan
melindungi,. Tetapi bagaimana ketika cinta itu menimbulkan rasa terkekang, rasa
dipenjara, dan ketidaknyamanan karena larangan ini dan itu.Yang
akhirnya mengakibatkan sikap mengucilkan diri, tidak pernah bergaul, rendah
diri, stress, atau bahkan gila.
Apakah itu yang disebut cinta, kalau
hanya membuat pasangan menderita?
Tetapi
kebanyakan orang yang over possessive, walaupun selalu mengekang kekasihnya
khususnya dalam bergaul dengan lawan jenis,mereka tidak membatasi dirinya untuk
bergaul dengan teman lawan jenis mereka, dan berkomunikasi dengan wajar.
Sehingga yang menjadi korban sikap mereka hanya ada di satu pihak saja, sungguh
kasihan yang jadi korban.
SOLUSI MENANGANI OVER POSSESSIVE
Telah
disebutkan bahwa yang menyebabkan over possessive itu adalah rasa cemburu yang
berlebihan, lalu apakah untuk menghilangkan over possessive kita harus
menghilangkan rasa cemburu? Tentu tidak, karena rasa cemburu sesungguhnya tidak
dilarang oleh Rasulullah karena cemburu itu tanda cinta bahkan istri-istri
Rasulullahpun khususnya Aisyah merupakan seorang pencemburu, Betapa besar cinta
‘Aisyah kepada Rasulullah telah melahirkan begitu banyak kisah kecemburuan yang
menghias kitab sirah dan fiqh rumahtangga, tidak percaya? Baca kisah ini:
“Belum
pernah kutemukan..”, kata ‘Aisyah, “Seorang yang pandai memasak seperti
Shafiyah. la memasak makanan bagi Rasulullah ketika beliau ada di rumahku.
Sebelum Rasulullah memegang makanan itu, aku merebutnya. Dan karena
kecemburuanku yang sangat, maka makanan dan berikut tempatnya aku banting
hingga hancur berantakan…”. Kemudian aku menyesali perbuatan itu. Kukatakan
pada Rasulullah, “Ya Rasulallah, apakah kafarat atas perbuatan yang
kulakukan ini?” Beliau menjawab, “Pinggan diganti pinggan, clan makanan diganti
dengan makanan yang sama!”
Bagaimana?
Percaya kan. Bahkan banyak versi atas kisah ini yang memungkinkan analisa bahwa
tak hanya sekalidua ‘Aisyah membanting piring. Bahkan dalam suatu riwayat
disebutkan, makanan buatan salah satu isteri Rasulullah itu hendak digunakan
untuk menjamu para sahabat. Di depan tamu, bayangkan betapa hancur harga diri
saat isteri sendiri membanting jamuan yang akan disuguhkan. Tapi Rasulullah
tetap mulia, tak tampak marah pada siapapun. Beliau hanya mengatakan: Sesungguhnya
ibu kalian sedang cemburu…
Di
saat lain, Aisyah menceritakan pengalamannya. Ketika Rasulullah keluar, ia
ikuti beliau karena cemburu. Nafasnya terengah takut ketahuan menguntit, karena
ternyata beliau SAW pergi ke pekuburan Baqi’.
“Aku
pulang ke rumah dengan nafas sesak, maka aku masuk ke bilik. Tak lama kemudian,
Rasul menemuiku dan bertanya, “Mengapa nafasmu begitu hai ‘Aisyah?”
“Demi Allah, engkau datang ke rumah
lalu membuka baju. Tapi sebelum kau letakkan baju, engkau mengenakannya
kembali. Ini membuat aku sangat cemburu, karena aku menduga engkau pergi ke
rumah isterimu yang lain..”
“Apakah engkau cemburu wahai Aisy?”
“Bagaimanakah
orang seperti aku ini tidak cemburu terhadap orang seperti engkau?”
“Wahai Aisy, tampaknya engkau telah
kedatangan syaithanmu lagi!”
“Apakah aku ini memang punya syaithan?”
“Ya”
“Apakah syaithan itu ada pada
setup manusia?” “Ya”
“Juga pada engkau, Ya Rasulallah?”
“Ya, tetapi Rabbku menolongku hingga
aku dapat mengalahkannya dan selamat!”
Sungguh
indah cerita-cerita kecemburuan ‘Aisyah pada Rasulullah, Kecemburuan memang
selalu ada bahkan pada zaman Rasulullah, Masalahnya bagaimana membuatnya selalu
menjadi tanda cinta yang mencerahkan hari-hari kita, bukannya memurungkan
wajah-wajah kita.
Timbul pertanyaan disini,
lalu
bagaimanakah cemburu yang disukai Allah yang menghiasi kecemburuan-kecemburuan
istri Rasulullah dan cemburu yang dibenci Allah?
Perkenankan saya untuk menuliskan
sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan An
Nasa’i
“Sesungguhnya
ada di antara cemburu yang disukai Allah, dan adapula cemburu yang dibenci
Allah. Cemburu yang disukai Allah adalah cemburu yang disertai keragu-raguan.
Sedangkan cemburu yang dibenci Allah adalah cemburu yang tanpa keraguan lagi.”
Salim
A Fillah dalam bukunya ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’ Menjelaskan
hadits di atas sebagai berikut:
“Kata
keragu-raguan dalam hadits ini berkait dengan tuduhan dan prasangka ketika hati
dikuasai cemburu. Allah menyukai kecemburuan yang tuduhannya adalah sebuah
keraguan, yang jika kemudian terbukti tidak benar justru akan membuka
komunikasi dan kedekatan yang lebih mesra. Lihatlah kembali contoh dalam kisah
`Aisyah yang baru saja kita baca. Bukankah `Aisyah dengan keraguan menuduh
Rasulullah hendak pergi ke rumah isteri beliau yang lain?
Bukankah keraguan yang mendorong
‘Aisyah untuk melakukan penguntitan? Dan bukankah kecemburuan ini berakhir
dengan komunikasi yang mencerahkan hari?
Sebaliknya,
Allah benci pada kecemburuan yang tuduhannya menjadi sebuah keyakinan dalam
hati. Sudah tak ada lagi keraguan, apalagi asas praduga tak bersalah. Yang ada
adalah vonis, pasti begini dan tentu begitu. Ini yang tidak sehat. Cemburu buta
istilahnya. Buta, karena sudah tertanam dalam hati sebuah keyakinan, lalu tak
ada motivasi untuk menguji, tak ada semangat untuk memperbaiki hubungan, tak
lagi merasa perlu untuk membina komunikasi. Pokoknya sudah yakin tanpa
keraguan, tapi inilah keyakinan yang menghancurkan ikatan.”
Menyambung
tulisan Salim A Fillah di atas, saya tergerak untuk menuliskan:
Cemburu
butalah yang membuat sikap over possessive, yang mengakibatkan sikap mengekang,
otoriter, dan sok kuasa karena tertanam dalam hati sebuah keyakinan apabila dia
bergaul dengan lawan jenis akan terjadi perselingkuhan dan berpaling darinya,
tanpa ada semangat untuk menguji, tanpa ada semangat untuk berkomunikasi.
Sebagai
penutup, izinkanlah saya untuk mengucapkan pesan terakhir untuk para laki-laki
ataupun perempuan yang over possessive, bahwa sikap anda adalah bukti dari
ketidakpercayaan terhadap pasangan dan ketidakpercayaan terhadap diri anda
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar