Banyak
sekali perceraian yang terjadi, tapi apakah benar itu karena ketidakcocokan
diantara suami dan istri? Menurut penulis, terjadinya perceraian dikarenakan
persiapan suami dan istri dalam menyelesaikan/ mengelola konflik yang terjadi
diantara mereka berdua, oleh karena itu diperlukan persiapan matang yang harus
dilakukan oleh suami dan istri sebelum membina sebuah rumah tangga agar lebih
bijak dalam menyelesaikan konflik permasalahan.
Yang
harus dipersiapkan dalam menghadapi kehidupan rumah tangga, penulis bagi
menjadi dua yaitu lahir dan batin.
1.Lahir
Kesiapan lahir terdiri dari materi
dan jasmani:
Materi,Seseorang tidak bisa sukses dalam berumah tangga kalau
menikah hanya bermodalkan cinta tanpa ditunjang oleh materi, tetapi ini tidak
menjadi hal yang mutlak yang menjadikan orang yang belum mempunyai materi yang
cukup tidak bisa menikah, karena Allah telah berjanji dalam hadits rasul, bahwa
Allah akan menjadikan kaya orang yang menikah karena ingin menghindari dari
perbuatan zina. So, jangan pernah ragu pada janji Allah, kalau memang ingin
menghindari zina dan terhindar dari dosa, cepatlah menikah.
Tubuhpun penting, karena salah satu tujuan pernikahan adalah
mempunyai keturunan, kalau seandainya suami atau istri mengalami masalah
kesehatan baik itu dalam organ reproduksinya atau kesehatannya, akan mengganggu
keharmonisan keluarga, karena Rasul sendiri mengatakan dalam haditsnya bahwa
kalau memilih istri itu salah satunya kesuburannya. Tetapi itupun bukan menjadi
hal yang mutlak, ini hanya bagi yang akan menikah tidak ada salahnya untuk
mengecek kesehatannya ke rumah sakit, dan bila memang terjadi masalah bisa
langsung ditangani secara dini.
Dan
untuk yang sudah menikah, bukan suatu penyelesaian hanya karena salah satu
pasangannya tidak dapat menghasilkan anak atau sakit-sakitan dia memutuskan
untuk mengambil jalan berpisah/bercerai, karena masih banyak alternatif lain
yang bisa digunakan, misalnya mengadopsi anak, menjalani terapi pengobatan, dan
lain-lain.
2.Batin
Materi
dan tubuhpun tidak cukup, harus dibarengi dengan kesiapan batin yaitu
persiapan ilmu dan mental dalam menghadapinya, karena banyak orang yang siap
secara materi ataupun jasmani, tetapi akhirnya pernikahannya mengalami berbagai
macam problema dan konflik yang menyebabkan perceraian, Perceraian bukanlah
karena ketidak-cocokan atau perselingkuhan, tetapi bagaimana mengelola konflik
yang terjadi, konflik merupakan sesuatu yang pasti dialami setiap pasangan
suami-istri, tetapi bagaimana bisa dikelola dan diselesaikan dengan
sebaik-baiknya sehingga menjadikan konflik itu sebagai pembelajaran supaya bisa
lebih bersatu dan harmonis.
Ketidakcocokan terjadi karena kurangnya adaptasi dari masing-masing
pasangan yang menyebabkan ketidaknyamanan, dan akhirnya memilih berpisah.
Kita
ambil contoh: sang suami berlatar belakang dari kalangan yang menganggap
pekerjaan rumah harus dilakukan oleh sang istri sepenuhnya, sedangkan sang
istri berlatar belakang dari kalangan tentara dimana sang suami ikut membantu
dalam pekerjaan rumah, bahkan mendominasi. Ketika mereka menikah, kedua-duanya
kebetulan berkarir diluar rumah untuk membantu ekonomi keluarga, terjadi sebuah
konflik dimana sang istri ingin sang suami membantunya bekerja, karena
kebetulan dia berkarir sehingga tidak sempat melakukan pekerjaan rumah dengan
sempurna, sedangkan sang suami tidak mau melakukannya karena merasa harga
dirinya menurun karena membantu pekerjaan rumah sang istri.
Dalam
ketidakcocokan mudah saja untuk menjadikannya penyebab perceraian, tetapi dalam
konflik ini dapat diambil solusi yang bijak sehingga menjadikannya sebuah batu
loncatan untuk lebih harmonis dalam rumah tangga, misalnya sang suami ikut
membantu karena rasul sendiri tidak malu untuk menjahit bajunya sendiri dan
membantu pekerjaan rumah bersama istri-istrinya, atau kalau memang sulit, bisa
menggunakan jasa pembantu agar lebih efisien.
sedangkan
perceraian salah satu penyebabnya adalah penyelesaian yang salah
dari suatu konflik
Akan
penulis jelaskan melalui sebuah contoh, ketika baru menikah suatu pasangan
merasakan kebahagiaan, tetapi lama kelamaan sang suami seakan kurang
memperhatikan sang istri karena sibuk bekerja. oleh karena itu,
ketika sang suami pulang kerumah sang istri ‘menghadiahkan’ wajah cemberut,
sikap kurang bersahabat, marah-marah, cerewet, dsb. yang membuat sang suami
tidak nyaman dirumah. Kemudian, secara kebetulan ketika sang suami stress
dengan sikap istrinya yang selalu marah-marah, dia menyalurkan keluh-kesahnya
pada seseorang yang merasa mengerti dan mau mendengarkan keluh-kesahnya
terhadap sikap sang istri, yang menjadi masalah adalah biasanya teman curhatnya
adalah lawan jenis, mungkin teman kantor, atau teman lama ketika sekolah dulu,
lama semakin lama dia berkeluh-kesah dan merasa semakin dimengerti sehingga
timbullah perasaan nyaman terhadap lawan jenis tadi dan berlanjutlah terhadap
perasaan cinta, dan inilah yang sering terjadi terhadap penyebab perselingkuhan.
Kalau
penulis bertanya siapakah yang salah dalam cerita diatas, mungkin kalian akan
menjawab:”sang suamilah yang salah karena menyalurkan cintanya pada tempat yang
salah”. Akan tetapi, kedua-duanya telah melakukan kesalahan.
Sang istri ketika menyadari dia
tidak diperhatikan biasanya selalu diawali ber’negatif thinking’ yaitu
perselingkuhan, sehingga dilampiaskan dengan kebencian dan kemarahan pada
suami, padahal suaminya sibuk bekerja sehingga kurang perhatian.
Solusi
yang bisa diambil adalah melalui jalan diskusi, misalnya bertanya dengan ramah
kenapa kurang perhatian? Dan ketika suami menjawab dengan sibuk bekerja,
silahkan dipercayai kemudian sampaikan keluh kesah sang istri yang merasa
perhatian suami berkurang dengan meminta sang suami agar lebih memperhatikannya
walaupun sibuk bekerja, ini akan lebih membuat sang suami mempunyai gambaran
yang jelas apa yang harus dilakukan, jangan terpengaruh dengan ‘negatif
thinking’ dengan diserang dengan tuduhan perselingkuhan. Yang ditakutkan adalah
sang suami yang memang benar sibuk bekerja karena terus dituduh berselingkuh
melakukan pelampiasan dengan ‘merealisasikan’ tuduhan istrinya.
Untuk
sang suami, ketika sang istri ber’negatif thinking’ padanya, untuk solusinya:
silahkan ajak berdiskusi pada sang istri, silahkan Tanya kenapa bersikap tidak
bersahabat? Apa keluh kesahnya? Apa yang diinginkan yang harus sang suami
lakukan atau suami rubah agar sang istri tidak malah lagi? Kalau jawabannya
karena kurang perhatian, jelaskan apa yang terjadi tentang kesibukan
bekerjanya, dan berjanji akan merubah sikapnya dan lebih perhatian pada istri.
Bukan melampiaskan kasih sayang pada orang lain.
Kesimpulan
dari tulisan ini, yang terpenting dalam mengelola konflik rumah tangga adalah
jangan sekali-kali menyelesaikannya dengan emosi atau kepala panas! Selesaikan
dengan kepala dingin dan dengan jalan diskusi!
Terlepas
dari itu semua, penulis mengakui masih banyak penyebab perceraian atau
persiapan-persiapan pernikahan yang belum penulis ketahui dan tulis. Oleh
karena itu penulis memohon maaf bagi yang kurang setuju dengan tulisan penulis,
karena ini hanya sebuah opini yang didasari pengetahuan penulis yang pastinya
menimbulkan adanya yang setuju dan adanya yang tidak, silahkan berikan komentar
anda sebagai koreksian bagi penulis. Yang benar berasal dari Allah sedangkan
yang salah berasal dari diri penulis. Kepada yang telah membaca tulisan ini
penulis ucapkan Syukron, jazakumullah khoiron katsiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar