sumber: google |
Malam ini sepertinya mendung disini.
Dingin pun mulai menyelimuti bumi. Aku pun mendesah sunyi, termenung memikirkan
takdir ilahi.
Ya….perempuan bernama istri. Ia
adalah sosok wanita sejati yang mau berkorban untuk sebuah keluarga di muka
bumi ini. Setiap hari ia harus bergelut dengan sebuah kesibukan yang tak pernah
berhenti. Mulai bangun hingga tidur lagi. Bahkan sampai ia mengorbankan hak
dirinya untuk begadang sampai pagi demi si kecil yang rewel tiada henti.
Ketika semua terlelap dengan beribu
mimpi sang istri menyelesaikan tugasnya yang masih menumpuk hingga malam nan
sepi. Ia mencuci pakaian yang dipakai anak dan suami. Memasak untuk besok untuk
sarapan pagi. Mumpung anak sedang pulas tidur ia teruskan untuk menseterika
baju agar semua kelihatan rapi. Lalu ia istirahat untuk menghilangkan penat
diri. Namun apa yang terjadi ? si bayi bangun minta disusui. Akhirnya sang
istri harus begadang lagi. Belum lagi jika suami minta jatah untuk dilayani.
Hemm….kapankah diri ini akan istirahat untuk memanjakan diri ?
Sebuah kewajiban yang terus terjadi
setiap hari dan tak akan berhenti sampai mati. Namun terkadang niat baik ini
belum memuaskan suami. Ia terkadang masih mencaci. Entah yang bilang tak beres
urusan rumah dan anak yang tak bisa dibilangi. Padahal ia belum istirahat dari
pagi hingga malam di setiap hari. Apalagi kalau sudah masalah gaji. Uang belanja
yang dipake untuk nomboki utang sana sini dan kemudian habis, namun dibilang
boros tiada henti. Subhanallah….hanya air mata yang bisa menitik dari mata ini.
Alangkah bahagianya jika para lelaki
memahami akan beratnya tugas dan kewajiban seorang istri. Ia harus melayani,
mendidik dan mengayomi anak bahkan suami yang dicaci oleh orang yang tak
menyukai. Alangkah bahagianya jika suami tahu dan paham akan kebutuhan istri.
Alangkah bahagianya jika para suami mendengarkan keluhan hati. Alangkah
bahagianya jika suami mau menyadari bahwa seorang istri juga perlu untuk
diperhatikan setiap hari. Alangkah bahagianya jika suami mau bertanya pada raut
suntuk istri.
Alangkah bahagianya jika sesekali suami melayani istri. Alangkah
bahagianya jika suami peduli. Alangkah bahagianya jika suami tidak egois dengan
merasa ialah yang meperjuangkan keluarga ini, membanting tulang bekerja tanpa
henti. Apakah engkau tahu wahai suami bahwa istrimu bekerja selama 24 jam tanpa
henti.
Sedangkan engkau hanya bekerja selama 8 jam mungkin bisa lebih hingga 12
jam. Dan satu hal lagi engkau hanya bekerja mencari uang. Sedangkan seorang
istri harus memborong semua pekerjaan. Ia menemani, melayani, mencuci,
mensetrika, memasak, mendidik anak dan masih banyak lagi. Apa engkau pikir itu
mudah ? Sedangkan engkau dititipin anak selama 1-2 ja untuk belanja atau
mengaji saja engkau sudah merepet tak karuan ? Ketika istrimu sakit engkau
hanya mampu memasak mie dan anakmu akhirnya hanya rewel saja hingga akhirnya
istrimu juga yang melayani walau ia sakit yang entah apa rasanya ini. Apakah
engkau tak sadar jika engkau sakit larinya ke istri ? jika anak sakit larinya
ke istri ? sedangkan jika istri sakit ia akan lari pada siapa wahai suami ?
Ini bukan sebagai hujatan atau
makian. Namun sebagai peringatan dan nasehat bahwa sebaik laki-laki yang
menjadi suami adalah yang memuliakan istrinya. Yang mengerti apa yang
dibutuhkan oleh istrinya.
Lalu apa yang dibutuhkan istri ? Ia
tak mau ditinggal pergi, ia selalu ingin ditemani. Bagi istri kehadiran suami di
depan matanya itu sangat menyenangkan hatinya walau sang suami tak berbuat
apa-apa. Ia merasa tenang dan nyaman karena ada yang melindungi dan menemaninya
disetiap detak perjuangannya. Ia ingin didengar keluhan hati yang tertuang
dalam cerewet yang tiada henti. Untuk itu jangan ditinggal pergi jika seorang
istri sedang cerewet atau marah. Ia hanya ingin didengar dan dimengerti. Itu
sudah tabiat seorang istri. Ia ingin dibantu menyelesaikan tugasnya yang sangat
berat setiap hari jadi jangan mengeluh jika dimintai tolong untuk menggantikan
popok si bayi atau menemani dan melayani si kakak yang sedang sendiri.
Kerjakanlah dengan ikhlas agar engkau mengetahui bahwa istrimu sungguh luar
biasa karena ia bisa menyelesaikan semua kewajiban disetiap harinya tanpa peduli
apa yang terjadi pada dirinya.
Wahai para suami jika engkau tak mau
diperepetin istrimu, perhatikan dan jangan kau lupakan apa yang dipesankan
istrimu. Contoh kecil, jika istrimu bilang kalau ambil baju jangan
diberantakin. Ya kerjakanlah demikian karena sudah tabiat perempuan tidak suka
yang berantakan. Dan satu hal yang perlu engkau ketahui jika engkau mengabil
baju dari lemari dengan sembarangan maka itu akan menambah beban pekerjaan
istri. Mau tak mau ia akan membereskannya lagi karena ia tak mau engkau bilang
tak pecus membereskan rumah ini. Ingat dia bukan pembantumu dia adalah partner
hidupmu. Ada lagi, jangan menaruh barang atau handuk sembarangan, kembalikan
semua yang telah engkau ambil pada tempatnya agar istrimu tak keluar kata dari
mulutnya. Masih ada lagi, jangan engkau lebih suka mendengarkan nasihat orang
lain ketimbang nasihat istrimu. Istrimu pasti lebih peduli ketimbang orang
lain. Istrimu memberi pertimbangan karena ia sangat sayang padamu. Jangan
sampai engkau melontarkan sebuah saran dari orang lain dan engkau menyetujuinya
padahal jauh-jauh hari istrimu sudah mengutarakannya kepadamu. Namun kenapa
engkau tidak mau mendengarnya ? itu adalah sebuah penghinaan dan tidak
menghargai istri. Jika saran dan pendapat istri itu baik kenapa harus gengsi
untuk mengakuinya bahwa itu baik untuk sebuah kemajuan dirimu ? Apa salahnya
engkau mencobanya dulu dan jika tak cocok engkau katakan baik-baik pada istrimu
bahwa saran ini tak bisa kulakukan.
Jika engkau baik pada istrimu maka
istrimu akan lebih baik kepada engkau. Itu sudah catatan. Jangan engkau sentil
dengan hal-hal yang menurutmu sepele padahal bagi istri sangat berarti.
Berhati-hatilah ketika mengungkapkan kata-kata atau bersikap karena istri
sangat sensitive menanggapinya. Jangan sampai salahpaham sehingga menimbulkan
desir kekesalan dalam jiwa istri. Jika sudah kesal biasanya akan sembarangan
dalam mengerjakan segala sesuatunya. Bila dikerjakan dengan baik itu hanya
karena kasihan pada engkau dan pada anak-anak engkau. Itulah istri, walau kesal
setengah mati namun masih mau mengerjakan tugas setiap hari. Rasa iba istri
bisa menutupi rasa benci sehingga ia pun mengikhlaskan diri walau ia disakiti
jiwa dan pikiran ini.
Bimbinglah istri karena itulah
harapan ketika di awal pernikahan. Jangan seperti anak kecil yang selalu
diingatkan. Istri akan muak melihatnya. Jika tak ada anak, engkau akan
diceraikannya. Karena sebenarnya perempuan bisa hidup mandiri tanpa seorang
laki-laki. Namun kodrat perempuan adalah menjadi seorang istri dan mempunyai
anak darimu. Karena sayang dan kasihannya pada anak ia tak mungkin meninggalkan
engkau wahai para lelaki. Karena anak juga butuh pada bapaknya. Dan seorang ibu
pasti tak mau berpisah dengan anaknya. Dan anak pasti lebih butuh dengan
ibunya. Karena ibu yang mengandung dan melahirkannya. Mendidik dan merawatnya.
Satu lagi, jangan sekali-kali
menyakiti istri karena bukan kepadamu ia akan melapiaskan diri. Namun ia akan
memaki anak-anakmu dan mencari kesalahan yang sebenarnya kesalahannya tak
berarti. Ia melakukan itu karena mau tak mau anak pasti mendengarkan keluh
kesahnya sedangkan engkau jika istri marah malah mo tinggal pergi. Jangan
sampai ini terjadi. Apakah engkau rela terjadi hal seperti ini ? Selesaikanlah
jika ada yang mengganjal dalam hati. Carilah celah dan bahasa yang berbudi.
Jangan kau pendam dalam hati dan tak pernah menceritakan keluh kesahmu pada
istri.
Jadikan ia tempat curhatmu agar
istri merasa berarti bagimu. Jangan sekali-kali engkau lebih nyaman bercerita
pada orang lain dan akhirnya istri mengetahuinya. Itu sangat menampar hatinya.
Ia merasa dibuang dan tak berarti lagi bagimu. Terkadang suami salah mengambil
persepsi, dengan bercerita masalah pekerjaan atau yang lainnya akan menambah
beban seorang istri. Itu tidak benar bahkan salah besar. Istri akan sangat
senang mendengarkan suami bercerita apa yang dikeluhkesahkannya. Karena tadi ia
merasa berarti bagi suaminya. Dan persepsi inilah yang harus dirubah. Sekali
lagi salah besar jika suami bercerita tentang keluh kesah hatinya menjadi beban
bagi istrinya. Ini Sangat salah besar.
Jujurlah akan segala hal. Entah
masalah keuangan (kau terima berapa, kau belanjakan berapa, kau kasihkan
keluargamu berapa) agar tidak timbul kecurigaan, entah masalah persahabatan
(siapa teman-temanmu, siapa teman dekatmu, siapa kawan yang engkau percaya)
agar dia tidak berpikiran buruk padamu. Cobalah untuk memahami bila engkau
ingin memahami istrimu. Karena perempuan sebenarnya tak butuh materi dia hanya
ingin dipahami, dimengerti oleh seorang laki-laki yang dicintai dan
disayanginya. Materi hanyalah yang kesekian kalinya demi kelangsungan sebuah
perjalanan pernikahan.
Dan bagi para lelaki yang belum
menikah, berpikirlah matang jika ingin bersanding dengan namanya perempuan.
Pernikahan tidak hanya sebuah keinginan. Pernikahan adalah kisah hidup yang
sangat dahsyat.
Kenapa disebut setengah dien karena didalamnya penuh perjuangan
dan pengorbanan. Bukan setengah dien itu adalah ijab kabulnya, namun perjalanan
dalam meniti hingga akhir hayat bersama pasangan itulah yang disebut setengah
dien itu. Jika itu tak sempurna maka jangan harap engkau lulus setengah dien
yang dinamakan pernikahan. Pernikahan tak seindah yang dibayangkan, tak semudah
teori yang ditulis orang tentang liku-liku kehidupannya. Setiap pasangan punya
kisah masing-masing yang perlu sebuah pembelajaran disetiap detak kehidupan.
Masalah dan solusi tak bisa sama antara pasangan satu dengan yang lainnya
karena setiap manusia punya watak yang berbeda-beda. Sehingga perlu
pembelajaran untuk mengabil cara terbaik dala menyelesaikan semua masalahnya.
Dan yang terakhir setiap perempuan
pasti ingin menjadi permata dunia alias WANITA SHOLIHAH. Namun gelar ini
sungguh berat untuk mencapainya. Butuh keikhlasan dan kesabaran. Dan keikhlasan
dan kesabaran itu bukanlah mudah untuk menjalankannya ia butuh keimanan yang
tinggi. Dan keimanan itu butuh lingkungan yang baik dan dukungan yang kuat dari
seseorang yang sangat dekat dengannya yang bernama suami. Untuk itu bantulah
istrimu untuk mewujudkan cita-citanya yaitu menjadi WANITA SHOLIHAH. Jika
istrimu baik maka engkau akan mendapatkan kebaikannya dan sebaliknya jika
istrimu buruk perangainya maka engkau akan mendapatkan dampaknya. Suami istri
adalah cermin. jika cerminnya retak maka akan retak pula gambarnya. So keep
istiqamah dengan Islam yang mulia dalam rumah tangga. Jangan sekali-kali engkau
meremehkan bahkan meninggalkan Islam dalam setiap jengkal kehidupan. Titip
salam untuk para perempuan yang telah menjadi istri dari seorang laki-laki.
Semoga aku dan engkau cepat meraih gelar PERMATA DUNIA “ISTRI SHOLIHAH”yang
selalu didamba oleh setiap wanita yang hidup di dunia ini. Amin---Hibtuki
Fillah yaa Zaujatii---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar