Rabu, 04 April 2012

RENUNGAN SEORANG SUAMI, dari seorang wanita yang SHOLIHAH


sumber: google

Malam ini sepertinya mendung disini. Dingin pun mulai menyelimuti bumi. Aku pun mendesah sunyi, termenung memikirkan takdir ilahi.

Ya….perempuan bernama istri. Ia adalah sosok wanita sejati yang mau berkorban untuk sebuah keluarga di muka bumi ini. Setiap hari ia harus bergelut dengan sebuah kesibukan yang tak pernah berhenti. Mulai bangun hingga tidur lagi. Bahkan sampai ia mengorbankan hak dirinya untuk begadang sampai pagi demi si kecil yang rewel tiada henti.

Ketika semua terlelap dengan beribu mimpi sang istri menyelesaikan tugasnya yang masih menumpuk hingga malam nan sepi. Ia mencuci pakaian yang dipakai anak dan suami. Memasak untuk besok untuk sarapan pagi. Mumpung anak sedang pulas tidur ia teruskan untuk menseterika baju agar semua kelihatan rapi. Lalu ia istirahat untuk menghilangkan penat diri. Namun apa yang terjadi ? si bayi bangun minta disusui. Akhirnya sang istri harus begadang lagi. Belum lagi jika suami minta jatah untuk dilayani. Hemm….kapankah diri ini akan istirahat untuk memanjakan diri ?

Sebuah kewajiban yang terus terjadi setiap hari dan tak akan berhenti sampai mati. Namun terkadang niat baik ini belum memuaskan suami. Ia terkadang masih mencaci. Entah yang bilang tak beres urusan rumah dan anak yang tak bisa dibilangi. Padahal ia belum istirahat dari pagi hingga malam di setiap hari. Apalagi kalau sudah masalah gaji. Uang belanja yang dipake untuk nomboki utang sana sini dan kemudian habis, namun dibilang boros tiada henti. Subhanallah….hanya air mata yang bisa menitik dari mata ini.

Alangkah bahagianya jika para lelaki memahami akan beratnya tugas dan kewajiban seorang istri. Ia harus melayani, mendidik dan mengayomi anak bahkan suami yang dicaci oleh orang yang tak menyukai. Alangkah bahagianya jika suami tahu dan paham akan kebutuhan istri. Alangkah bahagianya jika para suami mendengarkan keluhan hati. Alangkah bahagianya jika suami mau menyadari bahwa seorang istri juga perlu untuk diperhatikan setiap hari. Alangkah bahagianya jika suami mau bertanya pada raut suntuk istri. 

Alangkah bahagianya jika sesekali suami melayani istri. Alangkah bahagianya jika suami peduli. Alangkah bahagianya jika suami tidak egois dengan merasa ialah yang meperjuangkan keluarga ini, membanting tulang bekerja tanpa henti. Apakah engkau tahu wahai suami bahwa istrimu bekerja selama 24 jam tanpa henti. 

Sedangkan engkau hanya bekerja selama 8 jam mungkin bisa lebih hingga 12 jam. Dan satu hal lagi engkau hanya bekerja mencari uang. Sedangkan seorang istri harus memborong semua pekerjaan. Ia menemani, melayani, mencuci, mensetrika, memasak, mendidik anak dan masih banyak lagi. Apa engkau pikir itu mudah ? Sedangkan engkau dititipin anak selama 1-2 ja untuk belanja atau mengaji saja engkau sudah merepet tak karuan ? Ketika istrimu sakit engkau hanya mampu memasak mie dan anakmu akhirnya hanya rewel saja hingga akhirnya istrimu juga yang melayani walau ia sakit yang entah apa rasanya ini. Apakah engkau tak sadar jika engkau sakit larinya ke istri ? jika anak sakit larinya ke istri ? sedangkan jika istri sakit ia akan lari pada siapa wahai suami ?

Ini bukan sebagai hujatan atau makian. Namun sebagai peringatan dan nasehat bahwa sebaik laki-laki yang menjadi suami adalah yang memuliakan istrinya. Yang mengerti apa yang dibutuhkan oleh istrinya.

Lalu apa yang dibutuhkan istri ? Ia tak mau ditinggal pergi, ia selalu ingin ditemani. Bagi istri kehadiran suami di depan matanya itu sangat menyenangkan hatinya walau sang suami tak berbuat apa-apa. Ia merasa tenang dan nyaman karena ada yang melindungi dan menemaninya disetiap detak perjuangannya. Ia ingin didengar keluhan hati yang tertuang dalam cerewet yang tiada henti. Untuk itu jangan ditinggal pergi jika seorang istri sedang cerewet atau marah. Ia hanya ingin didengar dan dimengerti. Itu sudah tabiat seorang istri. Ia ingin dibantu menyelesaikan tugasnya yang sangat berat setiap hari jadi jangan mengeluh jika dimintai tolong untuk menggantikan popok si bayi atau menemani dan melayani si kakak yang sedang sendiri. Kerjakanlah dengan ikhlas agar engkau mengetahui bahwa istrimu sungguh luar biasa karena ia bisa menyelesaikan semua kewajiban disetiap harinya tanpa peduli apa yang terjadi pada dirinya.

Wahai para suami jika engkau tak mau diperepetin istrimu, perhatikan dan jangan kau lupakan apa yang dipesankan istrimu. Contoh kecil, jika istrimu bilang kalau ambil baju jangan diberantakin. Ya kerjakanlah demikian karena sudah tabiat perempuan tidak suka yang berantakan. Dan satu hal yang perlu engkau ketahui jika engkau mengabil baju dari lemari dengan sembarangan maka itu akan menambah beban pekerjaan istri. Mau tak mau ia akan membereskannya lagi karena ia tak mau engkau bilang tak pecus membereskan rumah ini. Ingat dia bukan pembantumu dia adalah partner hidupmu. Ada lagi, jangan menaruh barang atau handuk sembarangan, kembalikan semua yang telah engkau ambil pada tempatnya agar istrimu tak keluar kata dari mulutnya. Masih ada lagi, jangan engkau lebih suka mendengarkan nasihat orang lain ketimbang nasihat istrimu. Istrimu pasti lebih peduli ketimbang orang lain. Istrimu memberi pertimbangan karena ia sangat sayang padamu. Jangan sampai engkau melontarkan sebuah saran dari orang lain dan engkau menyetujuinya padahal jauh-jauh hari istrimu sudah mengutarakannya kepadamu. Namun kenapa engkau tidak mau mendengarnya ? itu adalah sebuah penghinaan dan tidak menghargai istri. Jika saran dan pendapat istri itu baik kenapa harus gengsi untuk mengakuinya bahwa itu baik untuk sebuah kemajuan dirimu ? Apa salahnya engkau mencobanya dulu dan jika tak cocok engkau katakan baik-baik pada istrimu bahwa saran ini tak bisa kulakukan.

Jika engkau baik pada istrimu maka istrimu akan lebih baik kepada engkau. Itu sudah catatan. Jangan engkau sentil dengan hal-hal yang menurutmu sepele padahal bagi istri sangat berarti. Berhati-hatilah ketika mengungkapkan kata-kata atau bersikap karena istri sangat sensitive menanggapinya. Jangan sampai salahpaham sehingga menimbulkan desir kekesalan dalam jiwa istri. Jika sudah kesal biasanya akan sembarangan dalam mengerjakan segala sesuatunya. Bila dikerjakan dengan baik itu hanya karena kasihan pada engkau dan pada anak-anak engkau. Itulah istri, walau kesal setengah mati namun masih mau mengerjakan tugas setiap hari. Rasa iba istri bisa menutupi rasa benci sehingga ia pun mengikhlaskan diri walau ia disakiti jiwa dan pikiran ini.

Bimbinglah istri karena itulah harapan ketika di awal pernikahan. Jangan seperti anak kecil yang selalu diingatkan. Istri akan muak melihatnya. Jika tak ada anak, engkau akan diceraikannya. Karena sebenarnya perempuan bisa hidup mandiri tanpa seorang laki-laki. Namun kodrat perempuan adalah menjadi seorang istri dan mempunyai anak darimu. Karena sayang dan kasihannya pada anak ia tak mungkin meninggalkan engkau wahai para lelaki. Karena anak juga butuh pada bapaknya. Dan seorang ibu pasti tak mau berpisah dengan anaknya. Dan anak pasti lebih butuh dengan ibunya. Karena ibu yang mengandung dan melahirkannya. Mendidik dan merawatnya.

Satu lagi, jangan sekali-kali menyakiti istri karena bukan kepadamu ia akan melapiaskan diri. Namun ia akan memaki anak-anakmu dan mencari kesalahan yang sebenarnya kesalahannya tak berarti. Ia melakukan itu karena mau tak mau anak pasti mendengarkan keluh kesahnya sedangkan engkau jika istri marah malah mo tinggal pergi. Jangan sampai ini terjadi. Apakah engkau rela terjadi hal seperti ini ? Selesaikanlah jika ada yang mengganjal dalam hati. Carilah celah dan bahasa yang berbudi. Jangan kau pendam dalam hati dan tak pernah menceritakan keluh kesahmu pada istri.

Jadikan ia tempat curhatmu agar istri merasa berarti bagimu. Jangan sekali-kali engkau lebih nyaman bercerita pada orang lain dan akhirnya istri mengetahuinya. Itu sangat menampar hatinya. Ia merasa dibuang dan tak berarti lagi bagimu. Terkadang suami salah mengambil persepsi, dengan bercerita masalah pekerjaan atau yang lainnya akan menambah beban seorang istri. Itu tidak benar bahkan salah besar. Istri akan sangat senang mendengarkan suami bercerita apa yang dikeluhkesahkannya. Karena tadi ia merasa berarti bagi suaminya. Dan persepsi inilah yang harus dirubah. Sekali lagi salah besar jika suami bercerita tentang keluh kesah hatinya menjadi beban bagi istrinya. Ini Sangat salah besar.

Jujurlah akan segala hal. Entah masalah keuangan (kau terima berapa, kau belanjakan berapa, kau kasihkan keluargamu berapa) agar tidak timbul kecurigaan, entah masalah persahabatan (siapa teman-temanmu, siapa teman dekatmu, siapa kawan yang engkau percaya) agar dia tidak berpikiran buruk padamu. Cobalah untuk memahami bila engkau ingin memahami istrimu. Karena perempuan sebenarnya tak butuh materi dia hanya ingin dipahami, dimengerti oleh seorang laki-laki yang dicintai dan disayanginya. Materi hanyalah yang kesekian kalinya demi kelangsungan sebuah perjalanan pernikahan.

Dan bagi para lelaki yang belum menikah, berpikirlah matang jika ingin bersanding dengan namanya perempuan. Pernikahan tidak hanya sebuah keinginan. Pernikahan adalah kisah hidup yang sangat dahsyat. 

Kenapa disebut setengah dien karena didalamnya penuh perjuangan dan pengorbanan. Bukan setengah dien itu adalah ijab kabulnya, namun perjalanan dalam meniti hingga akhir hayat bersama pasangan itulah yang disebut setengah dien itu. Jika itu tak sempurna maka jangan harap engkau lulus setengah dien yang dinamakan pernikahan. Pernikahan tak seindah yang dibayangkan, tak semudah teori yang ditulis orang tentang liku-liku kehidupannya. Setiap pasangan punya kisah masing-masing yang perlu sebuah pembelajaran disetiap detak kehidupan. Masalah dan solusi tak bisa sama antara pasangan satu dengan yang lainnya karena setiap manusia punya watak yang berbeda-beda. Sehingga perlu pembelajaran untuk mengabil cara terbaik dala menyelesaikan semua masalahnya.

Dan yang terakhir setiap perempuan pasti ingin menjadi permata dunia alias WANITA SHOLIHAH. Namun gelar ini sungguh berat untuk mencapainya. Butuh keikhlasan dan kesabaran. Dan keikhlasan dan kesabaran itu bukanlah mudah untuk menjalankannya ia butuh keimanan yang tinggi. Dan keimanan itu butuh lingkungan yang baik dan dukungan yang kuat dari seseorang yang sangat dekat dengannya yang bernama suami. Untuk itu bantulah istrimu untuk mewujudkan cita-citanya yaitu menjadi WANITA SHOLIHAH. Jika istrimu baik maka engkau akan mendapatkan kebaikannya dan sebaliknya jika istrimu buruk perangainya maka engkau akan mendapatkan dampaknya. Suami istri adalah cermin. jika cerminnya retak maka akan retak pula gambarnya. So keep istiqamah dengan Islam yang mulia dalam rumah tangga. Jangan sekali-kali engkau meremehkan bahkan meninggalkan Islam dalam setiap jengkal kehidupan. Titip salam untuk para perempuan yang telah menjadi istri dari seorang laki-laki. Semoga aku dan engkau cepat meraih gelar PERMATA DUNIA “ISTRI SHOLIHAH”yang selalu didamba oleh setiap wanita yang hidup di dunia ini. Amin---Hibtuki Fillah yaa Zaujatii---

Tidak ada komentar: