Menuju Gerbang Pernikahan Barokah
sumber: google |
Jauh sebelum manusia yang mengaku memiliki budaya modern saat
ini berbicara: BEBET, BIBIT, BOBOT dan yang teramat sayangnya adalah menghilangkan ma’na
yang begitu agung yakni AGAMA, Rosul SAW 14 abad silam mengajaran untuk memilih
pasangan yang idealis agar memperoleh kebahagiaan paripurna dunia dan akhirat:
“Nikahilah olehmu, seorang wanita karena 4 (empat) hal:
satu karena harta bendanya, kedua karena keturunannya, ketiga karena cantiknya
dan keempat karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, pasti
kamu beruntung” (HR, Bukhori-Muslim, dari Abu Hurairoh ra).
Pertanyaan yang amat sederhana namun sangat mendalam,
mengapa Rosul Muhammad Saw menyimpan pilihan Agama dideretan akhir atau
belakang?, mari bersama pecahkan misteri angka ini…
“Dan janganlah kamu menikahi seorang wanita karena
hartanya, mungkin sebab harta itu dia bisa menyombongkan diri.”(Ibnu Majjah,
Al-Bazzar,Al-Baihaqi, dari Abdullah bin Umar ra). angka berapa yang
selayaknya disematkan, pabila menikah sebab harta kemudian menjadi malapetaka,
tentunya 0(nol) bukan?
“Barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena keturunannya(nasab),
maka Allah tidak akan memberikan kecuali kehinaan.”(Hadits dari Abu Nu’aim dari
Anas ra).
Angka berapa kiranya yang layak disemat lagi, pabila menikah niatnya
karena keturunan, sedang sebab itu kenistaan yang diperolehnya, tentu angka
0(nol) layaknya yang diberikan bukan?
“Janganlah engkau menikahi seorang wanita karena dia
cantik, mungkin karena kecantikannya itu bisa mencelakakan.” (Ibnu Majjah,
Al-Bazzar,Al-Baihaqi, dari Abdullah bin Umar ra). Angka berapa lagi yang
pantas diberikan, pabila pernikahan sebab kecantikan atau ketampanan dapat
mencelakakan, tentu 0(nol) bukan nilainya?, mari diurutkan angka-angka tersebut
dengan deretan belakang.
Urut an ahir dari deretan keempat; sebab harta = 0
Urutan ketiga dari deretan
keempat; sebab keturunan = 0
Urutan kedua dari deretan
keempat; sebab kecantikan atau
ketampanan = 0
Sekarang mari pecahkan misteri angka urutan kesatu dari
deretan keempat…?
“Karunia terbaik yang diperoleh seorang mu’min setelah
keta’atan kepada Allah adalah memperoleh(pasangan menikah) istri shalihah(yang berAgama)
(HR. Ibnu Majah)
“Sebaik-baik wanita adalah pabila kamu memandangnya bisa
menyenangkan; kalau kamu perintah ia mematuhimu; kalau kamu beri bagian ia bisa
menerimanya; dan kalau kamu pergi, ia akan menjaga diri dan menjaga
hartamu(amanah).”(HR. Nasa’I dan lain-lain),
tentu tiada bencana,celaka dan
musibah pabila seseorang menikahi seorang wanita ataupun lelaki sebab agama,
melainkan baginya adalah keberuntungan, maka pabila keberuntungan sebuah nilai,
maka selayaknya-lah keberuntungan itu memiliki sebuah nilai yang bebentuk
angka, maka angka itu adalah 1(satu)…
Terjawab sudah, apabila angka-angka ini dideretkan dari
belakang maka akan Nampak;
Nilai 1; untuk sebab din (Agama), 0; untuk sebab cantik, 0;
untuk sebab keturunan(nasab), 0; untuk sebab harta. Maka menjadi deretan angka
1000 (bahwa; harta, keturunan dan kecantikan dapat tebadilkan/tergantikan oleh
agama; yang akan memoles si miskin menjadi kaya karena kesyukurannya, si hina
menjadi mulia karena kesyukuranya dan si jelek menjadi cantik karena
kesyukurannya pula yang berselimutkan Agama, hal ini telah banyak fakta di zaman
rosulallah maupun di zaman yang ingin menuju zaman rosulallah kembali saat ini
yang sedang menunggu saat tersebut…
Khayalan tersebutlah, yang menjadikan Syufair menghimmahkan(mencita-citakan)
memiliki pendamping hidup yang dapat
mendampinginya untuk menjadi penguat demi tegak dan tegunya kalimat Allah di
muka bumi ini yang sudah semakin tua, renta dan terasa berat menahan beban
manusia-manusia yang mulai jauh meninggalka ajaran Illahi, yang penuh
kesejahteraan ini , bahkan berusaha menggantikannya dengan kefasikan dan
kedurhakaan dalam beragama.
Setelah lama berpisah, bagi dua insan yang sedang tumbuh
naluri cinta dan kasihnya satu minggu serasa teramat lama sekali.
Hari minggu, 11 September 2004, dimana pada tanggal dan
bulan tersebut dunia barat, khususnya AS sedang berkabung atas runtuhnya gedung
WTC (World Trade Centre) yang menjadi jantungnya perekonomian negeri paman syam
berbarengan dengan momentum menasional yang dipelopori oleh relawan muda
relijius, yakni Deklarasi GEMANUSA di lapangan tegalega, yang dihadiri tokoh
nasional, artis nasional dan nasionaliti lainnya, gebyarnya momentum
deklarasi membuat Syufair nampak teramat sibuk dengan aktifitas yang
sangat menguras tenaga dan fikiran, tapi entah mengapa saat ia membuka pesang
singkat (SMS) di hp jadulnya NOKIA 210 yang multifungsi salah satunya tiasa kanggo ngabaledog gogog (bisa untuk memukul anjing,-pen) he..he.., yang berisi pesan; “akhi
Syufair, ukhti suwaidah sekarang sama bunda ada di tegallega lhoh, mau ikutan
lihat deklarasi gemanusa, sekalian mau
ngenalin bundaku sama some one, Suwaidah ada di pintu gerbang sebelah barat,
afwan ana SMS dari Wartel jadi tidak bisa nenerima balasa n SMS akhi” J..
H-2 dari deklarasi gemanusa, Syufair menerima pesan e-mail,
bahwa suwaidah telah menyampaikan maksud hati syufair kepada orangtuanya, dan betapa kaget orangtua
suwaidah mengenai keinginan syufair tersebut.
Suwaidah:”Akhi Syufair, keinginan akhi untuk serius kepada ukhti,
telah ukhti sampaikan kepada orangtuaku, dan betapa terkejutnya bundaku. Begini
akhi, intinya bundaku ingin bertemu langsung denganmu”. Dengan jawaban tersebut, Syufair kelihatannya
tenang-tenang saja bahkan kelihatan amat bersemangat untuk bisa bersilaturahmi
ke keluarga ukhti suwaidah, Syufair menyampaikan balasan e-mail dari suawaidah:
“Ukhti, usia,mati,rizqi dan jodoh Allahlah yang memutuskan, qt sebagai
hambaNya hanya sebatas berikhtiar dengan
sebaik-baik ikhtiar, berkaitan dengan undangan bunda ukhti, akhi menyambut dengan senang hati untuk bisa datang,
mohon minta dijadwalkan dan dikondisikan saja waktunya agar tidak mengganggu
bunda dan keluarga ukhti” J
Kegiatan persiapan deklarasi
gemanusa sudah dipersiapan dengan sangat matang dan terencana, bahkan
menuju H-1 sang pentolan Deklarator gemanusa Da’I Sejuta SMS yang akrab dipanggil dengan sapaan Aa
mengerahkan seluru Santri Siap Guna (SSG) untuk berpawai dari pukul 22.00
dengan berjalan kaki menuju monumen perjuangan Bandung Lautan Api (Tegallega),
agar sukses acara tersebut.
Setelah menyelesaikan seluruh job yang diamanahkan, Syufair
bergegas mencari-cari suwaidah dan bundanya, karena berjubelnya ratusan ribu
simpatisan, bahkan konon menargetkan 1 juta relawan dapat menghadirinya dari
seluruh Indonesia, syufair agak kesusahan mencarinya, namun dengan instingnya yang
tajam, tidak beberapa lama kemudian, syufairpun dapat menemukannya, Ada bunyi
degup jantung yang begitu keras terdengar meski ribuan orang ada di sekitarnya,
apakah itu yang dinamakan bunyi cinta ketika bertemu dengan seseorang yang
dirindukannya?. Dengan senyum tipis sekilas tanpa memandang lama (ghodhul
bashor) ukhti mengucapkan salam dengan begitu lembutnya terdengar, ukhti:”Assalaamu
‘alaikum akh…?, dengan sigap akhi syufair menjawabnya: “Wa
‘alaikis salaam ukht.., setelah berbasa-basi sesaat, syufair mengajak
suwaidah dan bundanya ke tenda dom panitia untuk mempersilahkan mereka berdua
memasukinya agar lebih nyaman kebersuannya. Bunda Suwaidah memulai pembicaraan,
Bunda:”ini yang suwaidah ceritan ke bunda yah, yang namanya syufair
bukan?, betul ibu, jawab syufair singkat. Bunda:”kapan de’
syufair bisa bersilaturahmi ke rumah?, insya Allah minggu depan bu, pasca
kegiatan acara deklarasi ini usai, jawab syufair dengan begitu gamblang.
Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu, akhi syufair, ukhti
suwaidah dan bundanya harus berpisah lagi karena acara pembukaan seremonial
deklarasi gemanusa akan segera dimulai.
Acara demi acarapun dimulai, dari rangkaian acara yang dilaksanakan berjalan
dengan lancar dan antusias sampai dipenghujung acara, deklarasi gemanusa
berjalan dengan begitu apresiasif dan antusias dan berlangsung dengan
kesuksesan yang luar biasa.
Acara deklarasi gemanusa usai pada pkl 11.30, dengan
menyisakan lautan sampah, namun dengan
kekompokan seluruh komponen santri, monumen bersejarah tersebut kembali asri
sediakala bahkan lebih asri lagi pasca deklarasi gemanusa. Pada pkl.14.00
manusia yang tadinya menyemut kini telah lengang kembali. Entah ada kekuatan
apa, dengan tubuh yang begitu lelah dan kecapean, syufair memutuskan untuk
langsung bersilaturahmi ke bunda suwaidah di Padalarang, syufair tiba di tempat
tinggal suwaidah yang mungil pukul 14.30, sebab syufair izin lebih awal pulangnya pukul 13.00 setelah
menunaikan shalat dhuhur langsung pergi
meluncur ke Padalarang. Betapa kaget suwaidah dan bundanya, ketika mendengar
ketukan pintu di luar dengan suara yang tidak asing untuk didengarnya, padahal mereka berdua juga baru sampai setengan jam
yang lalu dan baru saja akan beristirahat.
“Assalaamu ‘alaikum…tok..tok.., setelah
syufair mengetuk pintu 2 kali dan diikuti salam, muncul dari balik pintu
seorang akhwat berjilbab muncul dengan
senyum tipis mata tak memandang memberikan salam jawab “ wa ‘alaikas
salaam..., oh akhi syufair silahkan masuk.
Dipersilahkanlah, syufair untuk masuk dan duduk di tempat
tinggal mereka yang mungil dan sederhana, setelah beramah tamah dan
berbasa-basi dengan liukan kata-kata relijius yang penuh arti, sampailah
syufair pada titik persoalan yang akan disampaikan berkaitan dengan hasrat
hatinya.
Syufair:” Bunda, walau satu minggu lebih adalah waktu yang begitu
singkat, namun syufair serasa sudah mengenal ukhti suwaidah berbulan-bulan lamanya dan
meskipun hanya lewat beberapa kali tatapan dan hanya berkomunikasi lewat e-mail
dan chatting, namun hati ini sudah teteg (yakin) untuk menjadi bagian dari
keluarga bunda”.
Bunda: “Ananda syufair, bunda sudah banyak mendengar
tentang nanda, dari puteriku yang teramat bunda sayangi, apapun yang
disampaikan dari puteri bunda sangat mempercayainya, karena bunda sangat
percaya dengan tindak-tanduknya, perkataannya dan segala apa yang
disampaikannya, karena bunda tahu betul siapa puteriku itu, ananda syufair
apakah siap menerima kondisi apapupn yang dimiliki kami dan khususnya puteri
kami, dan apakah ananda tidak salah menjatuhkan pilihannya kepada puteri kami,
atas kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh puteri kami”.
Dengan bercucuran air mata antara keharuan, kesedihan yang
bercampur aduk bunda suwaidah terus menangis sesenggukkan tanda banyak hal yang
tertumpahkan di depan kedua anak manusia yang sedang dilanda virus cinta anti ma’siat, kembali
berkata kepada syufair.
Bunda:”Nanda syufair, sebenarnya bunda berat harus
melepaskan puteriku ini yang masih belia usianya, apalagi ia kini baru
mengenyam kembali masa-masa sekolah di SMA ini, dan ia kinipun baru beberapa
bulan menginjak kakinya di kelas 1, namun persoalan hati dan demi
terselamatkannya masa depan kalian dari sergapan hawa nafsu dan kerasnya godaan
dunia, bunda tidak bias menghalang-halangi kalia untuk berlanjut kejenjang yang
lebih jauh lagi, bunda ridho dan merestuinya, namun semua ini bunda kembalikan
pada suwaidah, suwaidah puteriku saying, apakah suwaidah bersedia menerima
ajakan nanda syufair”?
Suwaidah:”Bunda, dan akhi syufair, sebenarnya Suwaidah
masih merindukan bangku sekolah yang saat ini baru suwaidah masuki, namun dari
hati suwaidah yang paling dalam dan yang suwaidah fahami dalam ajaran Islam, “Jika datang kepada kalian lelaki yang baik agamanya (untuk
melamar), maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, niscaya akan
terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi” [HR. Tirmidzi,
Ibnu Majah]. Tentunya suwaidah tidak berharap suatu kejelekan yang akan menimpa
suwaidah, tapi akhi syufair, ini usulan saja, bagaimana kalau akhi syufair datang
mengkhitbah saya setelah suwaidah lulus akh”?
Suasana menjadi hening sesaat, ketika suwaidah memberikan
pertimbangan dan usulannya, yang tak beberapa lama kemudian, syufair
berseloroh.
Syufair:”Bunda dan ukhti suwaidah yang Allah Rahmati,
betapa syufair sangat bahagia dan gembira mendengar apa yang telah bunda dan
suwaidah sampaikan kepadaku, untuk bunda; apapun keadaan nya, pabila ini semua
telah menjadi ketetapan Allah, maka syufair Ridho bunda. Dan untuk ukhti
suwaidah; syufair hari ini teramat takut dengan fitnah faraj(kemaluan), fitnah
pandangan dan fitnah dunia yang begitu dominan ketabarrujannya(vulgar),
sehingga telah ku’azamkan bahwa ditahun
ini (2004) saya akan menikah (ketika syufair mengatakan hal demikian, syufair saat
itu memasuki usia 24 th), maka apabila ukhti suwaidah memiliki pertimbangan
demikian, maka sesungguhnya Syufairpun tidak pernah dan tak akan sekali-kali
memaksakan kehendak, mari qt bersahabat saja karena pabila dipaksakan akan
menjadi fitnah yang lebih besar, sebab rosul mengajarkan kepada qt persoalan
berat apabila berlama-lama di masa ta’aruf, rosul memberikan batasan bahwa
ta’aruf maksimal 3 bulan kemudian khitbah dan menikah, namun untuk mencari
kemaslahatan yang lebih banyak, syufair kembalikan lagi pada diri suwaidah,
namun saran yang syufair miliki adalah; apabila Allah menghendaki mempersatukan
qt, sedang ukhti masih bersekolah, maka syufair akan bertanggungjawab penuh untuk
membimbing dan menyelesaikan pendidikan ukhti sampai usai, tentunya dengan
pendekatan strategi yang jitu dan cantik
terhadap lembaga pendidikan yang ada di negeri ini. Ukhti, tidakkah qt lihat
kenyataan hidup, banyak teman-teman seusia ukhti yang masih rapuh spiritualnya
lebih memilih zina diam-diam, dan apabila perbuatan zinanya berbuah janin tidak
sedikit yang menggugurkannya dan bagi yang ketahuan, maka pihak sekolah akan
mengeluarkannya, coba ukhti renungkan, pabila kita mendahului al-qur’an dan sunnahnya
bahkan mengedepankan logika, dalam keadaan bagaimanakah kondisi generasi qt saat ini, apabila dikaitkan dengan
pergumulan para remaja saat ini yang sudah sangat jauh dari yang disebut
pergaulan yang
sehat.
Syufair
merupakan lulusan terbaik sebuah institusi Islam yang berada di Bandung dan
peraih minhajuddiroosah(beasiswa) dari kerajaan arab Saudi yang
berada di Bandung pula, sehingga disaat syufair kuliah, ia menjalaninya
sekaligus dua kampus. Syufair juga seorang intrepreneurship
dikalangan kampus sebagai pebisnis tulen; berawal dari pengusaha buku (pendiri
dan pemilik CAIRO-AGENCY yang berkedudukan di Cibiru, namun karena keserakahan
rekan bisnisnya syufair ditendang), ia juga pengusaha KETOPRAK mirip tahu kupat
kalo di Bandung, Syufair juga personality yang fighter dan mandiri dalam
pengembangan diri di bermasyarakat, sehingga ia dikenal di beberapa tempat sebagai
ustadz, namun dengan kebersahajaannya, Syufair tidak mau dipanggil ustad, cukup
dipanggil dengan namanya, karena ia beralasan; apabila ia dipanggil ustad
kemudian berbuat salah, maka cap salah menjadi 10 X kesalahan, namun apabila ia
dipanggil dengan sebutan namanya, maka apabila ia berbuat salah, maka salahnya
cukup untuk dirinya dan hanya 1 X saja. Syufair juga seorang aktivis pergerakan
yang begitu lincah, maka tak ayal pula, dunia diskusi dan perdebatan menjadi
bagian dalam kehidupannya, syufair juga berguru kepada ‘ulama-‘ulama yang cukup di kenal ranah Bandung dan Indonesia,
baik dari kalangan Salaf maupun kalangan Khalaf.
Setelah mendengar penjelasan singkat namun mengakar, dan jauh ke dalam relung yang paling dalam,
ternyata suwaidah sangat memahami penjelasan syufair tersebut, dengan lisan
yang ringan namun berbobot suwaidah kembali berkata.
Suwaidah:”akhi syufair, terima kasih atas pemahaman yang
telah akhi sampaikan dengan bumbu yang begitu kuat aromanya, nampak di sana, suwaidah mencium aroma seorang Rijal
yang begitu kuat, seorang Ar-Rijaalu
Qowwaamunaa ‘alan Nisaa”, apabila demikian, insya Allah suwaidah
siap menjadi penguat perjuangan akhi Syufair dalam menjalani kehidupan di masa
yang akan datang.
Seiring dengan jawaban tersebut, semua yang hadir di tempat
yang penuh sejarah (story) dan peristiwa akan pertemuan tersebut yang dipenuhi keharu-biruan tersenyum bahagia dan saling
mengamini, bagi kebahagiaan di masa yang akan datang. Sebelum silaturahmi yang
mengharukan tersebut berahir, syufair mengkhitbah dan mengajukan tanggal
pernikahan kepada bunda dan keluarga suwaidah.
Syufair :”Bunda, bagaimana pabila pernikahan agung ini
qt selenggarakan di bulan suci Ramadhan tepat pada tanggal 17 Ramadhan 1425
H/31 Oktober 2004?”
Bunda:”Baiklah kalo itu menjadi yang terbaik…
Bagaimana, respon sahabat-sahabat Suwaidah di sekolahnya
atas sikap untuk memilih menikah dini, apalagi masih di bangku SMA dan bagaimana
tanggapan serta respon sahabat-sahabat
Syufair di pondok pesantren, mari kita simak kelanjutannya......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar