Rabu, 04 April 2012

Story For family Barokah (BAG 3)


Menuju Gerbang Pernikahan Barokah
sumber: google
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an, agar manusia berfikir dan Allah mengutus Rosul Muhammad SAW agar menjadi tauladan yang terbaik bagi kehidupan umat manusia; baik berbentuk sunnah qauliyahnya (berupa hadits), sunnah af’aliyahnya (perbuatannya) maupun sunnah taqririyahnya (ketetapannya), begitu pula apabila seseorang yang mengaku ummatnya, maka semestinya mengikuti rosulallah SAW, baik berkaitan masalah peribadatan rituis(maghdhoh) maupun peribadatan sosialnya(ghoiro maghdhoh), apalagi berkaitan dengan Pernikahan yang agung…

Jauh sebelum manusia yang mengaku memiliki budaya modern saat ini berbicara: BEBET, BIBIT, BOBOT dan yang  teramat sayangnya adalah menghilangkan ma’na yang begitu agung yakni AGAMA, Rosul SAW 14 abad silam mengajaran untuk memilih pasangan yang idealis agar memperoleh kebahagiaan paripurna dunia dan akhirat:

“Nikahilah olehmu, seorang wanita karena 4 (empat) hal: satu karena harta bendanya, kedua karena keturunannya, ketiga karena cantiknya dan keempat karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, pasti kamu beruntung” (HR, Bukhori-Muslim, dari Abu Hurairoh ra).

Pertanyaan yang amat sederhana namun sangat mendalam, mengapa Rosul Muhammad Saw menyimpan pilihan Agama dideretan akhir atau belakang?, mari bersama pecahkan misteri angka ini…

“Dan janganlah kamu menikahi seorang wanita karena hartanya, mungkin sebab harta itu dia bisa menyombongkan diri.”(Ibnu Majjah, Al-Bazzar,Al-Baihaqi, dari Abdullah bin Umar ra). angka berapa yang selayaknya disematkan, pabila menikah sebab harta kemudian menjadi malapetaka, tentunya 0(nol) bukan?

“Barangsiapa yang menikahi  seorang wanita karena keturunannya(nasab), maka Allah tidak akan memberikan kecuali kehinaan.”(Hadits dari Abu Nu’aim dari Anas ra)
Angka berapa kiranya yang layak disemat lagi, pabila menikah niatnya karena keturunan, sedang sebab itu kenistaan yang diperolehnya, tentu angka 0(nol) layaknya yang diberikan bukan?

“Janganlah engkau menikahi seorang wanita karena dia cantik, mungkin karena kecantikannya itu bisa mencelakakan.” (Ibnu Majjah, Al-Bazzar,Al-Baihaqi, dari Abdullah bin Umar ra). Angka berapa lagi yang pantas diberikan, pabila pernikahan sebab kecantikan atau ketampanan dapat mencelakakan, tentu 0(nol) bukan nilainya?, mari diurutkan angka-angka tersebut dengan deretan belakang.

Urut an ahir dari deretan keempat; sebab harta = 0
Urutan  ketiga dari deretan keempat; sebab keturunan = 0
Urutan  kedua dari deretan  keempat; sebab kecantikan atau ketampanan = 0
Sekarang mari pecahkan misteri angka urutan  kesatu dari  deretan  keempat…?

“Karunia terbaik yang diperoleh seorang mu’min setelah keta’atan kepada Allah adalah memperoleh(pasangan menikah) istri shalihah(yang berAgama) (HR. Ibnu Majah)

“Sebaik-baik wanita adalah pabila kamu memandangnya bisa menyenangkan; kalau kamu perintah ia mematuhimu; kalau kamu beri bagian ia bisa menerimanya; dan kalau kamu pergi, ia akan menjaga diri dan menjaga hartamu(amanah).”(HR. Nasa’I dan lain-lain)
tentu tiada bencana,celaka dan musibah pabila seseorang menikahi seorang wanita ataupun lelaki sebab agama, melainkan baginya adalah keberuntungan, maka pabila keberuntungan sebuah nilai, maka selayaknya-lah keberuntungan itu memiliki sebuah nilai yang bebentuk angka, maka angka itu adalah 1(satu)…

Terjawab sudah, apabila angka-angka ini dideretkan dari belakang maka akan Nampak;
Nilai 1; untuk sebab din (Agama), 0; untuk sebab cantik, 0; untuk sebab keturunan(nasab), 0; untuk sebab harta. Maka menjadi deretan angka 1000 (bahwa; harta, keturunan dan kecantikan dapat tebadilkan/tergantikan oleh agama; yang akan memoles si miskin menjadi kaya karena kesyukurannya, si hina menjadi mulia karena kesyukuranya dan si jelek menjadi cantik karena kesyukurannya pula yang berselimutkan Agama, hal ini telah banyak fakta di zaman rosulallah maupun di zaman yang ingin menuju zaman rosulallah kembali saat ini yang sedang menunggu saat tersebut…

Khayalan tersebutlah, yang menjadikan Syufair menghimmahkan(mencita-citakan) memiliki pendamping hidup yang dapat mendampinginya untuk menjadi penguat demi tegak dan tegunya kalimat Allah di muka bumi ini yang sudah semakin tua, renta dan terasa berat menahan beban manusia-manusia yang mulai jauh meninggalka ajaran Illahi, yang penuh kesejahteraan ini , bahkan berusaha menggantikannya dengan kefasikan dan kedurhakaan dalam beragama.

Setelah lama berpisah, bagi dua insan yang sedang tumbuh naluri cinta dan kasihnya satu minggu serasa teramat lama sekali.

Hari minggu, 11 September 2004, dimana pada tanggal dan bulan tersebut dunia barat, khususnya AS sedang berkabung atas runtuhnya gedung WTC (World Trade Centre) yang menjadi jantungnya perekonomian negeri paman syam berbarengan dengan momentum menasional yang dipelopori oleh relawan muda relijius, yakni Deklarasi GEMANUSA di lapangan tegalega, yang dihadiri tokoh nasional, artis nasional dan nasionaliti lainnya, gebyarnya momentum deklarasi  membuat Syufair  nampak teramat sibuk dengan aktifitas yang sangat menguras tenaga dan fikiran, tapi entah mengapa saat ia membuka pesang singkat (SMS) di hp jadulnya NOKIA 210 yang multifungsi salah satunya  tiasa kanggo  ngabaledog gogog  (bisa untuk memukul  anjing,-pen) he..he.., yang berisi pesan; “akhi Syufair, ukhti suwaidah sekarang sama bunda ada di tegallega lhoh, mau ikutan lihat deklarasi  gemanusa, sekalian mau ngenalin bundaku sama some one, Suwaidah ada di pintu gerbang sebelah barat, afwan ana SMS dari Wartel jadi tidak bisa nenerima balasa n SMS akhi” J..

H-2 dari deklarasi gemanusa, Syufair menerima pesan e-mail, bahwa suwaidah telah menyampaikan maksud hati syufair  kepada orangtuanya, dan betapa kaget orangtua suwaidah mengenai keinginan syufair tersebut.  Suwaidah:”Akhi Syufair, keinginan akhi untuk serius kepada ukhti, telah ukhti sampaikan kepada orangtuaku, dan betapa terkejutnya bundaku. Begini akhi, intinya bundaku ingin bertemu langsung denganmu”.  Dengan jawaban tersebut, Syufair kelihatannya tenang-tenang saja bahkan kelihatan amat bersemangat untuk bisa bersilaturahmi ke keluarga ukhti suwaidah, Syufair menyampaikan balasan e-mail dari suawaidah: “Ukhti, usia,mati,rizqi dan jodoh Allahlah yang memutuskan, qt sebagai hambaNya hanya sebatas berikhtiar  dengan sebaik-baik ikhtiar, berkaitan dengan undangan bunda ukhti, akhi  menyambut dengan senang hati untuk bisa datang, mohon minta dijadwalkan dan dikondisikan saja waktunya agar tidak mengganggu bunda  dan keluarga ukhti” J

Kegiatan persiapan deklarasi  gemanusa sudah dipersiapan dengan sangat matang dan terencana, bahkan menuju H-1 sang pentolan Deklarator gemanusa Da’I Sejuta SMS  yang akrab dipanggil dengan sapaan Aa mengerahkan seluru Santri Siap Guna (SSG) untuk berpawai dari pukul 22.00 dengan berjalan kaki menuju monumen perjuangan Bandung Lautan Api (Tegallega), agar sukses acara tersebut.

Setelah menyelesaikan seluruh job yang diamanahkan, Syufair bergegas mencari-cari suwaidah dan bundanya, karena berjubelnya ratusan ribu simpatisan, bahkan konon menargetkan 1 juta relawan dapat menghadirinya dari seluruh Indonesia, syufair agak kesusahan mencarinya, namun dengan instingnya yang tajam, tidak beberapa lama kemudian, syufairpun dapat menemukannya, Ada bunyi degup jantung yang begitu keras terdengar meski ribuan orang ada di sekitarnya, apakah itu yang dinamakan bunyi cinta ketika bertemu dengan seseorang yang dirindukannya?. Dengan senyum tipis sekilas tanpa memandang lama (ghodhul bashor) ukhti mengucapkan salam dengan begitu lembutnya terdengar, ukhti:”Assalaamu ‘alaikum akh…?, dengan sigap akhi syufair menjawabnya: “Wa ‘alaikis salaam ukht.., setelah berbasa-basi sesaat, syufair mengajak suwaidah dan bundanya ke tenda dom panitia untuk mempersilahkan mereka berdua memasukinya agar lebih nyaman kebersuannya. Bunda Suwaidah memulai pembicaraan, Bunda:”ini yang suwaidah ceritan ke bunda yah, yang namanya syufair bukan?, betul ibu, jawab syufair singkat. Bunda:”kapan de’ syufair bisa bersilaturahmi ke rumah?, insya Allah minggu depan bu, pasca kegiatan acara deklarasi ini usai, jawab syufair dengan begitu gamblang.

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu, akhi syufair, ukhti suwaidah dan bundanya harus berpisah lagi karena acara pembukaan seremonial deklarasi  gemanusa akan segera dimulai. Acara demi acarapun dimulai, dari rangkaian acara yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan antusias sampai dipenghujung acara, deklarasi gemanusa berjalan dengan begitu apresiasif dan antusias dan berlangsung dengan kesuksesan yang luar biasa.

Acara deklarasi gemanusa usai pada pkl 11.30, dengan menyisakan  lautan sampah, namun dengan kekompokan seluruh komponen santri, monumen bersejarah tersebut kembali asri sediakala bahkan lebih asri lagi pasca deklarasi gemanusa. Pada pkl.14.00 manusia yang tadinya menyemut kini telah lengang kembali. Entah ada kekuatan apa, dengan tubuh yang begitu lelah dan kecapean, syufair memutuskan untuk langsung bersilaturahmi ke bunda suwaidah di Padalarang, syufair tiba di tempat tinggal suwaidah yang mungil pukul 14.30, sebab syufair  izin lebih awal pulangnya pukul 13.00 setelah menunaikan shalat  dhuhur langsung pergi meluncur ke Padalarang. Betapa kaget suwaidah dan bundanya, ketika mendengar ketukan pintu di luar dengan suara yang tidak asing untuk didengarnya, padahal  mereka berdua juga baru sampai setengan jam yang lalu dan baru saja akan beristirahat.

Assalaamu ‘alaikum…tok..tok.., setelah syufair mengetuk pintu 2 kali dan diikuti salam, muncul dari balik pintu seorang akhwat  berjilbab muncul dengan senyum tipis mata tak memandang memberikan salam jawab “ wa ‘alaikas salaam..., oh akhi syufair silahkan masuk.

Dipersilahkanlah, syufair untuk masuk dan duduk di tempat tinggal mereka yang mungil dan sederhana, setelah beramah tamah dan berbasa-basi dengan liukan kata-kata relijius yang penuh arti, sampailah syufair pada titik persoalan yang akan disampaikan berkaitan dengan hasrat hatinya.
Syufair:” Bunda, walau  satu minggu lebih adalah waktu yang begitu singkat, namun syufair serasa sudah mengenal  ukhti suwaidah berbulan-bulan lamanya dan meskipun hanya lewat beberapa kali tatapan dan hanya berkomunikasi lewat e-mail dan chatting, namun hati ini sudah teteg (yakin) untuk menjadi bagian dari keluarga bunda”.

Bunda: “Ananda syufair, bunda sudah banyak mendengar tentang nanda, dari puteriku yang teramat bunda sayangi, apapun yang disampaikan dari puteri bunda sangat mempercayainya, karena bunda sangat percaya dengan tindak-tanduknya, perkataannya dan segala apa yang disampaikannya, karena bunda tahu betul siapa puteriku itu, ananda syufair apakah siap menerima kondisi apapupn yang dimiliki kami dan khususnya puteri kami, dan apakah ananda tidak salah menjatuhkan pilihannya kepada puteri kami, atas kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh puteri  kami”.

Dengan bercucuran air mata antara keharuan, kesedihan yang bercampur aduk bunda suwaidah terus menangis  sesenggukkan tanda banyak hal yang tertumpahkan di depan kedua anak manusia yang sedang  dilanda virus cinta anti ma’siat, kembali berkata kepada syufair.

Bunda:”Nanda syufair, sebenarnya bunda berat harus melepaskan puteriku ini yang masih belia usianya, apalagi ia kini baru mengenyam kembali masa-masa sekolah di SMA ini, dan ia kinipun baru beberapa bulan menginjak kakinya di kelas 1, namun persoalan hati dan demi terselamatkannya masa depan kalian dari sergapan hawa nafsu dan kerasnya godaan dunia, bunda tidak bias menghalang-halangi kalia untuk berlanjut kejenjang yang lebih jauh lagi, bunda ridho dan merestuinya, namun semua ini bunda kembalikan pada suwaidah, suwaidah puteriku saying, apakah suwaidah bersedia menerima ajakan nanda syufair”?

Suwaidah:”Bunda, dan akhi syufair, sebenarnya Suwaidah masih merindukan bangku sekolah yang saat ini baru suwaidah masuki, namun dari hati suwaidah yang paling dalam dan yang suwaidah  fahami dalam ajaran Islam, “Jika datang kepada kalian lelaki yang baik agamanya (untuk melamar), maka nikahkanlah ia. Jika kalian tidak melakukannya, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi” [HR. Tirmidzi, Ibnu Majah]. Tentunya suwaidah tidak berharap suatu kejelekan yang akan menimpa suwaidah, tapi akhi syufair, ini usulan saja, bagaimana kalau akhi syufair datang mengkhitbah saya setelah suwaidah lulus akh”?

Suasana menjadi hening sesaat, ketika suwaidah memberikan pertimbangan dan usulannya, yang tak beberapa lama kemudian, syufair berseloroh.

Syufair:”Bunda dan ukhti suwaidah yang Allah Rahmati, betapa syufair sangat bahagia dan gembira mendengar apa yang telah bunda dan suwaidah sampaikan kepadaku, untuk bunda; apapun keadaan nya, pabila ini semua telah menjadi ketetapan Allah, maka syufair Ridho bunda. Dan untuk ukhti suwaidah; syufair hari ini teramat takut dengan fitnah faraj(kemaluan), fitnah pandangan dan fitnah dunia yang begitu dominan ketabarrujannya(vulgar), sehingga telah ku’azamkan bahwa  ditahun ini (2004) saya akan menikah (ketika syufair mengatakan hal demikian, syufair saat itu memasuki usia 24 th), maka apabila ukhti suwaidah memiliki pertimbangan demikian, maka sesungguhnya Syufairpun tidak pernah dan tak akan sekali-kali memaksakan kehendak, mari qt bersahabat saja karena pabila dipaksakan akan menjadi fitnah yang lebih besar, sebab rosul mengajarkan kepada qt persoalan berat apabila berlama-lama di masa ta’aruf, rosul memberikan batasan bahwa ta’aruf maksimal 3 bulan kemudian khitbah dan menikah, namun untuk mencari kemaslahatan yang lebih banyak, syufair kembalikan lagi pada diri suwaidah, namun saran yang syufair miliki adalah; apabila Allah menghendaki mempersatukan qt, sedang ukhti masih bersekolah, maka syufair akan bertanggungjawab penuh untuk membimbing dan menyelesaikan pendidikan ukhti sampai usai, tentunya dengan pendekatan strategi yang  jitu dan cantik terhadap lembaga pendidikan yang ada di negeri ini. Ukhti, tidakkah qt lihat kenyataan hidup, banyak teman-teman seusia ukhti yang masih rapuh spiritualnya lebih memilih zina diam-diam, dan apabila perbuatan zinanya berbuah janin tidak sedikit yang menggugurkannya dan bagi yang ketahuan, maka pihak sekolah akan mengeluarkannya, coba ukhti renungkan,  pabila kita mendahului al-qur’an dan sunnahnya bahkan mengedepankan logika, dalam keadaan bagaimanakah kondisi  generasi qt saat ini, apabila dikaitkan dengan pergumulan para remaja saat ini yang sudah sangat jauh dari yang disebut pergaulan yang sehat.

Syufair merupakan lulusan terbaik sebuah institusi Islam yang berada di Bandung dan peraih minhajuddiroosah(beasiswa) dari kerajaan arab Saudi yang berada di Bandung pula, sehingga disaat syufair kuliah, ia menjalaninya sekaligus dua kampus. Syufair juga seorang intrepreneurship dikalangan kampus sebagai pebisnis tulen; berawal dari pengusaha buku (pendiri dan pemilik CAIRO-AGENCY yang berkedudukan di Cibiru, namun karena keserakahan rekan bisnisnya syufair ditendang), ia juga pengusaha KETOPRAK mirip tahu kupat kalo di Bandung, Syufair juga personality yang fighter dan mandiri dalam pengembangan diri di bermasyarakat, sehingga ia dikenal di beberapa tempat sebagai ustadz, namun dengan kebersahajaannya, Syufair tidak mau dipanggil ustad, cukup dipanggil dengan namanya, karena ia beralasan; apabila ia dipanggil ustad kemudian berbuat salah, maka cap salah menjadi 10 X kesalahan, namun apabila ia dipanggil dengan sebutan namanya, maka apabila ia berbuat salah, maka salahnya cukup untuk dirinya dan hanya 1 X saja. Syufair juga seorang aktivis pergerakan yang begitu lincah, maka tak ayal pula, dunia diskusi dan perdebatan menjadi bagian dalam kehidupannya, syufair juga berguru kepada ‘ulama-‘ulama yang  cukup di kenal ranah Bandung dan Indonesia, baik dari kalangan Salaf maupun kalangan Khalaf.

Setelah mendengar penjelasan singkat namun mengakar, dan  jauh ke dalam relung yang paling dalam, ternyata suwaidah sangat memahami penjelasan syufair tersebut, dengan lisan yang ringan namun berbobot suwaidah kembali berkata.

Suwaidah:”akhi syufair, terima kasih atas pemahaman yang telah akhi sampaikan dengan bumbu yang begitu kuat aromanya, nampak  di sana, suwaidah mencium aroma seorang Rijal yang begitu kuat, seorang  Ar-Rijaalu Qowwaamunaa ‘alan Nisaa”, apabila demikian, insya Allah suwaidah siap menjadi penguat perjuangan akhi Syufair dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

Seiring dengan jawaban tersebut, semua yang hadir di tempat yang penuh sejarah  (story) dan peristiwa akan pertemuan tersebut  yang dipenuhi  keharu-biruan tersenyum bahagia dan saling mengamini, bagi kebahagiaan di masa yang akan datang. Sebelum silaturahmi yang mengharukan tersebut berahir, syufair mengkhitbah dan mengajukan tanggal pernikahan kepada bunda dan keluarga suwaidah.

Syufair :”Bunda, bagaimana pabila pernikahan agung ini qt selenggarakan di bulan suci Ramadhan tepat pada tanggal 17 Ramadhan 1425 H/31 Oktober 2004?”

Bunda:”Baiklah kalo itu menjadi yang terbaik…

Bagaimana, respon sahabat-sahabat Suwaidah di sekolahnya atas sikap untuk memilih menikah dini, apalagi masih di bangku SMA dan bagaimana tanggapan serta respon sahabat-sahabat  Syufair di pondok pesantren, mari kita simak kelanjutannya......

Tidak ada komentar: