Kamis, 22 Maret 2012

Story For family Barokah (BAG 1)

sumber gambar: google

Kini keluarga SAMARAHNA (Sakinah, Mawaddah, Rahmah dan Amanah) tersebut telah berusia 7 tahun pernikahannya di bulan Ramadhan 17 Nuzulul Qur'an, dengan segenap asah dan cita-cita...

Sang Imam, Rela dan Ridho atas ketetapan jodoh yang dipilihkan-Nya, demi mereguk tegak dan teguh kalimat Allah di Muka bumi. Aral, rintangan, pahit getirnya kehidupan  ia hadapi bersama kekasih yang Allah pilihkan dengan penuh ketabahan dan Ke-Ikhlasan, meskipun angin besar selalu menderu dari kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah, namun ia berusaha Ikhlas dan sabar dalam menghadapinya.

Cinta yang ia torehkan, kini telah berbuah mujahidah-mujahidah yang cerdas, lucu, pintar nan sholehah. Mujahidah pertama kini telah berusia 6 tahun pada 01 Agustus 2011, mujahidah kedua kini berusia 3 tahun 6 bulan pada 16 Februari 2011 dan Mujahidah ketiga pada 31 Agustus 2011 telah berusia genap 2 tahun, bahagianya keluarga tersebut, meskipun gubug tempat bernaungnya sangat sederhana, namun kebahagiaannya begitu mereka ni'mati dan begitu ia rasakan dengan kelapangan dan ke-ridhoan-Nya, meskipun ada saja yang tidak suka dengan kebahagiaan keluarga surgawi tersebut, namun mereka tetap tegar dan Ridho akan hal tersebut.


Sang Imam dengan peluhan keringat dan harga diri, ia teteskan demi membahagiakan keluarganya, ia pantang untuk surut mundur ke belakang mengalah kepada kehidupan yang pahit, karena ia selalu menanamkan kepada seluruh anggota keluarganya, bahwa: mereka merasakan syukur atas keberuntungan yang Allah berikan kepadanya, dibandingkan dengan orang2 yang belum bahkan tidak beruntung yang berada di sekitarnya, jangankan untuk menyekolahkan anaknya, untuk makan sehari-hari saja begitu getir dan sulitnya untuk memperolehnya, Bahkan keluarga barokah tersebut, selalu bersyukur dikondisi fitnah ahir zaman ini (orang yang dicintai dapat menjadi musuh, orang yang dikasihi dapat meninggalkan kemuliaan, orang2 yang ia cintai, setahap-demi setahap meninggalkan janji Illahi nan pasti dan abadi), keluarga barokah tersebut dengan sisa usianya, berusaha dengan tetesan kehinaan diri selalu merapat dan merangkak kepada sang Illahi, pemilik kehidupan dengan janji setianya, untuk selalu ta'at dan patuh untuk menjalankan syari'atnya secara kaffah, meskipun ia selalu menggigit kepahitan hidup yang sesungguhnya.

Sang Imam berjanji dalam renungan muhasabah dirinya, Ia akan mengantarkan seluruh keluarga yang ia cintai karena Allah, untuk menghantarkannya keharibaan ke-Ridhoan-Nya demi mencapai gelar hamba Muttaqin yang kelak akan diberikan padanya Surga yang luasnya seluas langit dan bumi

 --to be continued--