Sumber: Google |
Tahukah saudara bahwa ketika seorang
Mu’min telah lulus menyelesaikan segenap rangkaian pemeriksaan atas dirinya di yaumul
hisab (hari perhitungan amal), maka barulah ia diizinkan Allah memasuki Al-Jannah
(surga), negeri keabadian penuh kebahagiaan hakiki? Ia tidak diizinkan memasuki
surga bilamana terbukti ia masih mempunyai permasalahan dengan sesama manusia,
walaupun dengan Allah Ta’aala ia tidak lagi punya masalah apa-apa.
Segenap dosanya yang bersifat hablun minallah telah diampuni Allah Ta’aala.
Namun karena ia masih memiliki masalah hablun minannaas dengan sesama
manusia, maka ia ditahan di suatu tempat dekat sekali dari baabul-jannah (pintu
surga) guna menyelesaikan berbagai perkara (melakukan rekonsiliasi) dengan
sesama manusia.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menggambarkannya sebagai berikut:
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَيَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَيَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ النَّارِفَيُحْبَسُونَ
عَلَى قَنْطَرَةٍبَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِفَيُقْتَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْبَعْضٍ
مَظَالِمُكَانَتْ بَيْنَهُمْفِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَاهُذِّبُوا وَنُقُّوا
أُذِنَ لَهُمْفِي دُخُولِ الْجَنَّةِفَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِلَأَحَدُهُمْ
أَهْدَى لِمَنْزِلِهِفِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِكَانَ فِي الدُّنْيَا
Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang-orang yang
beriman pada hari Kiamat selamat dari neraka, lalu mereka ditahan di jembatan
antara surga dan neraka, lalu sebagian akan diqishas atas sebagian yang lain
karena kezhaliman mereka waktu di dunia, sehingga setelah mereka dibersihkan
dan telah suci, maka barulah mereka diizinkan memasuki surga. Demi Dzat yang
jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seseorang di antara mereka lebih mengetahui
rumahnya di surga dari pada rumahnya di dunia." (HR. Ahmad No. 10673)
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menggunakan istilah "ditahan di jembatan antara surga
dan neraka" untuk menggambarkan masih menggantungnya masalah orang-orang
beriman yang belum berhak masuk surga karena masih adanya problema antara
dirinya dengan manusia lainnya yang pernah ia zalimi. Perbuatan menzalimi
manusia lain merupakan perbuatan tercela yang sangat dibenci Allah Ta’aala.
Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan sebagai berikut:
إِنِّي
حَرَّمْتُ عَلَى نَفْسِيالظُّلْمَ وَعَلَى عِبَادِيأَلَا فَلَا تَظَالَمُوا
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda bahwa Allah berfirman, “Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian,
maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR.
Ahmad No. 20451)
Surga merupakan tempat yang hanya
berhak dimasuki oleh hamba-hamba Allah Ta’aala yang benar-benar telah
bersih dari segenap dosa, baik dosa kepada Allah Ta’aala maupun dosa
kepada sesama hamba Allah.
Oleh karenanya, seorang muslim senantiasa
mendambakan dan mengharapkan ampunan Allah Ta’aala sebab ia tahu bahwa
jika dirinya masih mempunyai dosa niscaya ia tidak berhak memasuki surga. Dan
oleh karenanya seorang muslim sangat khawatir bila dirinya terlibat dalam
sebuah perbuatan menzalimi manusia lain, sebab ia tahu bahwa mengharapkan maaf
dari sesama manusia seringkali lebih sulit daripada mengharapkan ampunan Allah Ta’aala
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maka di dalam hadits di atas Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menyatakan “...lalu sebagian akan diqishas atas
sebagian yang lain karena kezhaliman mereka waktu di dunia...” dan ini
merupakan suatu keharusan agar si muslim yang sempat berlaku zalim dapat
menjadi bersih dari dosa tersebut sehingga layak memasuki surga. Sebab surga
hanya menerima mereka yang bersih dan suka membersihkan diri. Oleh karenanya
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selanjutnya berkata, “...maka
barulah mereka diizinkan memasuki surga.”
Lalu terakhir Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menyatakan bahwa “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam
genggaman-Nya, seseorang di antara mereka lebih mengetahui rumahnya di surga
dari pada rumahnya di dunia." Si mukmin kemudian berhak memasuki surga
Allah Ta’aala dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan
bahwa ketika si mukmin menginjakkan kakinya ke dalam surga tiba-tiba kakinya
membawa tubuhnya melangkah menuju kediamannya di surga lebih mengetahui, mantap
dan yakin daripada ia melangkahkan kakinya pulang ke rumahnya sewaktu hidup di
dunia. Subhanallah...
Jadi, saudaraku, surga memang
benar-benar kampung halaman sejati orang-orang beriman. Sebab Nabi shallallahu
'alaihi wasallam sampai perlu bersumpah demi Allah Ta’aala Dzat yang
jiwanya berada di dalam genggamanNya, ketika menggambarkan hal tersebut.
Sewaktu di dunia seseorang setelah pulang dari dinas luar kota tentu sangat
rindu pulang ke rumahnya agar berkumpul dengan anak dan istrinya. Boleh jadi
kerinduannya sedemikian rupa malah menyebabkan dirinya sampai kehilangan arah
alias tersesat pulang ke rumahnya sendiri. Hal ini tidak bakal terjadi ketika
seorang mu’min memasuki pintu surga lalu melangkahkan kakinya menuju rumah
sejatinya, kampung halaman sejatinya.
Sungguh bahagianya bila seseorang
dapat memasuki pintu surga lalu berkumpul kembali bersama keluarganya dan
anak-keturunannya di kampung halaman sejati orang-orang beriman.
Allah Ta’aala berfirman di
dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim:
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍأَلْحَقْنَا
بِهِمْذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْعَمَلِهِمْمِنْ شَيْءٍكُلُّ امْرِئٍ
بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang beriman,
dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan anak
cucu mereka dengan mereka (di dalam surga), dan Kami tiada mengurangi sedikit
pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
(QS. Ath-Thuur [52] : 21).
Allah Ta’aala berfirman di
dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim:
وَأُزْلِفَتِ
الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَغَيْرَبَعِيدٍهَذَا مَا تُوعَدُونَلِكُلِّ
أَوَّابٍحَفِيظٍمَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَبِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍادْخُلُوهَا
بِسَلامٍذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ
Dan didekatkanlah surga itu kepada
orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah
yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali
(kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang
yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)
dan dia datang dengan hati yang bertobat, masukilah surga itu dengan aman,
itulah hari kekekalan. (QS. Qaaf
[50] : 32-34 )
Ya Allah, masukkanlah kami beserta
keluarga dan anak-cucu kami ke dalam RahmatMu dan SurgaMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar