Rabu, 04 April 2012

Story for Family Barokah (BAG 2)

TA’ARUF BAROKAH
sumber:google
Setiap orang memiliki; masa lalu yang suram, pahit, getir dan kekalapan diri di masa lalu, namun teramat sedikit yang dapat melupakannya, apalagi tuk berdiri tegar merangkai mimpi menjadi pejuang Illahi pelurus sunnah yang hampir-hampir pudar terkoyak zaman yang kian tak bersahabat…

Begitu pula; hidup-mati, jodoh, rizqi Allahpun telah menetapkannya, tidaklah Allah menjodohkan seorang mu’minah kecuali untk seorang mu’min dan tidaklah Allah menjodohkan seorang  yang gonta-ganti pasangan (pacaran) melainkan untuk seorang lelaki yang bergonta-ganti  pasangan pula dan tidaklah Allah menjodohkan seorang perempuan pezina melainkan untuk lelaki pezina pula, sebagaimana Allah  nyatakan dalam QS. An-Nur ayat 3 dan 26:
Ayat 3:”Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan atau perempuan musyrik (lihat def. musyrik); dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mu’min” (lihat def. mu’min)
Ayat 26:”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rizqi yang mulia (surga)”.
Di bulan September  tgl 04, datang seorang remaja akhwat hitam manis berkaca mata lagi santun, mengucapkan salam untuk meminta izin masuk ke sekretariat para relawan generasi bangsa yang enerjik GEMANUSA (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di pagi hari pkl. 08.30, remaja imut tersebut dipersilahkan masuk oleh para relawan untuk masuk ke sekretariat dan diterima oleh sang PR (Public Relation), kebetulan pula PR tersebut seorang ikhwan berkumis tipis dan berjenggot  tipis  bersahaja yang menerimanya.

Dengan tatapan yang terhijab tanpa memandang lepas (ghodul bashor), remaja akhwat tersebut memulai bertanya-tanya seputar GEMANUSA, dengan ke-PD-annya sang PR gemanusa menjelaskan dengan gamblang dan detail mengenai peran, fungsi dan mengapa gemanusa didirikan oleh para relawan generasi muda yang dipelopori oleh seorang dai kondang yang terkemuka bangsa ini yang lebih dikenal dengan julukan dai sejuta SMS.

Setelah berpanjang lebar berdiskusi mengenai gemanusa, agama dan kaitan lainnya, remaja akhwat tersebut  mengalihkan tema perbincangan dengan pandangan yang tetap terhijab dengan pakaian jilbabnya yang tertutup rapat. Si akhwat bertanya kepada sang PR yang ternyata bernama syufair. Afwan, kenalkan nama ana Suwaidah, ana kebetulan sedang ada tugas penelitihan dari sekolah yang berkaitan dengan sejarah, apa akhi tahu tentang sejarah pesantren ini?, dengan sikap yang sigap dan ingin membantu, akhi syufair berujar, oh.., kalo itu sih sudah terbukukan sejarah pesantren ini dalam sebuah buku yang berjudul “Welcome to DT”. Entah ada energi  apa yang menyebabkan akhi syufair  ingin membantu remaja akhwat  tersebut, beberapa semenit kemudian akhi syufair menawarkan diri untuk membantu mencarikan referensi yang sedang dicari-carinya, dengan kesupelannya, akhi syufair menghubungi sahabat-sahabatnya yang ada di pesantren tersebut, ternyata setelah sudah puluhan sahabat-sahabatnya dihubungi, ternyata mereka tidak memiliki buku yang dimaksud, karena sudah habis terjual di pasaran bak kacang goreng, sebab saat itu ketenaran pondok pesantren DT sedang berada dipuncak ke popularitasannya...

Dan setelah mencoba ke beberapa sahabatnya lagi yang belum terhubungi belum juga diperolehnya, diingat-ingatnya ada seorang ustad yang hobi mengoleksi buku-buku referensi namanya ustadz Avianto, benar saja ternyata beliau memilki buku welcome to dt tersebut, tanpa berfikir lama akhi syufair meminta izin untuk meminjam buku itu untuk difotokopinya, setelah memperoleh pinjaman buku, akhi syufair menemui suwaidah di sekretariat gemanusa untuk memfoto copi buku WTDT ke tempat foto copi yang terdekat dari pesantren, disaat sedang menunggu foto copian, remaja akhwat itu betanya secara reflex; kaka..kaka.., kalo kakak mau gak jadi kakak saya? Dengan nada keremajaannya yang kelihatan benar-benar sedang membutuhkan seorang kakak yang dapat mesuport dan membantu di dalam keluarganya, saat itu remaja akhwat tersebut masih duduk di bangku  kelas 1 SMA Islam di daerah Batu Jajar-Padalarang yang saat itu berusia 17 tahun, dimana ia sedang gigih-gigihnya merajut pendidikan Islam yang lebih komprehensif, ia juga alumni dari sebuah pesantren tahfidzoh di Lampunng  yang bernama Wahdatul Ummah, hanya beberapa  tahun ia bermukim di sana untuk berkontemplasi dan menimba ilmu serta menjauhkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan dunia yang tak bersahabat dengannya…

Dengan roman yang tenang dan biasa-biasa saja, akhi syufair menjawab dengan reflex juga, oh boleh, memang kenapa ukhti?, tak terduga oleh kedua belah pihak, kata demi kata keluar dari lisan mereka secara alamiah, ukhti suwaidah kembali bertanya, kak syufair belum ada yang punya?, dengan wajah yang agak merah merona, akhi syufair kaget mendengar pertanyaan ukhti suwaidah, yang bisa jadi pertanyaan tersebut memang keluar dari lisan ukhti suwaidah secara alamiah, namun oleh akhi syufair ditanggapinya dengan serius. Ehm…sudah..sudah..kaka sudah ada yang punya!, ukhti suwaidahpun menimpalinya dengan ringan, boleh kakak kenalin ama suwaidah kak?, secara reflex-pun akhi syufair menjawabnya, tuh dia…!

Suwaidah masih linglung dan bingung, berujar; mana kaka?, kebetulan di foto copian ada cermin besar berukuran  1X1 M, akhi syufair kembali berkata: tuh di depan kamu, sambil menunjukan kearah cermin yang ditujunya, tampaklah wajah sontak kemerah-merahan yang tertutupi oleh hitam manis wajahya suwaidah, agak tergugup-gugup, maksud kaka?.

Setelah agak lama menunggu fotocopian, akhirnya selesai juga, ukhti! Dah biarin kaka saja yang ngebayarinnya, yuk kita ke sekretariat lagi…

Tak terasa waktu mulai merangkak siang, sebentar lagi akan memasuki shalat dzhuhur,  sebelum perpisahan yang mengaru-birukan terjadi, ukhti suwaidah memberanikan diri meminta no. hp akhi syufair, kebetulan saat itu hp masih jarang kalaupun ada yang memilikinya, masihlah sangat sedikit.

Oh boleh silahkan tulis nomor hp ane dan sekretariat gemanusa ini, entah apa pula yang menggerayuti hati syufair, terasa sangat berat untuk berpisah dengan akhwat yang baru 6 jam yang dikenalnya, namun apa boleh buat perpisahan harus terjadi (sejujurnya dalam hati akhi syufair muncul benih simpatik kepada sang akhwat), demikian pula sebaliknya yang terjadi di dalam diri ukhti suwaidah tertananam pula benih simpatik kepada akhi syufair), akhir dari rasa yang berdentum-dentum diakhiri datangnya waktu shalat dhuhur, dan berpisahlah kedua insan tersebutpun terjadi.

Hari berlalu, begitu berat untuk dua insan ini yang baru saja berta’aruf. Saat itu sebenarnya syufair sedang dihadapkan pilihan yang cukup berat untuk memilih 1 diantara 3 pilihan untuk menjadi pendamping hidup pilihan Illahi lewat istikharohnya, semua akhwat tersebut adalah rekan-rekan santri karya terbaik yang ada di daarut tauhid, yang satu muwadhdhofah cottage, yang satu lagi mudabbiroh dan yang satu lagi adalah bendahara lembaga amil zakat yang berada di DT. Manusia berencana namun Allah pula yang memberikan keputusan.

2 hari setelah kejadian, ada telpon masuk ke sekretariat gemanusa, katanya dari seorang akhwat yang  menanyakan syufair, di dalam percakapannya akhwat tersebut meminta syufair untuk membuat  e-mail, terang aja syufair yang masih gaptek tentang internet  hanya bilang; afwan, syufair  ga' bisa pake internet  eung.., terdengar dari seberang gagang telephon, akh untuk e-mai ‘n chatting aza mah sederhana, suwaidah percaya kaka bisa. Dengan jawaban yang sederhana syufair berkata:”insya allah akan kaka usahakan.

Di hari berikutnya, mereka mulai intens ber-e-mail dan ber-chatting via warnet, hingga suatu ketika, setelah syufair merasa cocok dengan komunikasi yang dibangunnya, memberanikan diri mengatakan sesuatu yang ringan diucapkan, namun berat konekuensinya, apalagi kepada seorang remaja SMA. Namun sejauh keyakinan syufair yang diketahui dan yang difahaminya, bahwa kemampuan ke-Ilmuan Agamanya melampaui mahasiswi-mahasiswi dalam hal Ilmu Ke-Islaman dan Ilmu tata keluargaan saat itu, syufair berkata, dalam surat elektroniknya (E-mail): ”wahai ukhti maukah engkau menjadi Sayyidah Fatimah yang akan melahirkan Hasan dan Husain untukku?”, setiap saat syufair mengecek e-mailnya kalo-kalo sudah ada jawaban dari suwaidah, baru dihari berikutnya, syufair memperoleh jawaban di e-mailnya:”akhi syufair:" saya hanyalah seorang wanita akhir zaman yang dipenuhi lumpur dosa dan alpha yang tak layak untukmu, dan saya hanya wanita biasa yang ingin selalu berusaha menjadi lebih baik di akhir hidup ini, andaikata akhi dapat menerimaku apa adanya, bahagialah tentunya seorang akhwat yang dapat bersanding denganmu”!

Bagaimana tanggapan Ibu dan anggota keluarga lainnya, simak terus kelanjutanya di bagian selanjutnya...insya Allah..to be continued..

Tidak ada komentar: